#39 : Surrender

384 54 13
                                    

1 Tahun Kemudian

Setahun berlalu begitu cepat, kini Athanasia berusia 17 tahun, beberapa bulan lagi ia akan melakukan upacara kedewasaan nya.

Athanasia sekarang berada di kamarnya, ia sedang menata rambutnya sendiri sembari melihat dirinya di cermin.

"Louise dan yang lainnya pasti sudah sampai." Ucap Athanasia pada dirinya sendiri.

Hari ini adalah hari yang spesial bagi masyarakat di kekaisaran Obelia, karena hari ini adalah hari ulang tahun kekaisaran, dan gerbang kekaisaran Obelia pun dibuka kembali hari ini.

Tok tok tok

"Putri, kereta dari Siodonna sudah tiba." Ucap salah satu kesatria yang berjaga di pintu kamar Athanasia.

Setelah mendengar hal itu, tanpa menjawab perkataan kesatria, Athanasia langsung berlari keluar menghampiri Louise dan lainnya.

Drap drap drap

"Tuan putri hati-hati! Nanti anda terjatuh!" Teriak salah satu pelayan yang terkejut melihat Athanasia berlari.

Athanasia mengabaikan perkataan para pelayan dan terus berlari, sampai akhirnya ia sampai ke tempat yang ia tuju.

Ada orang-orang yang turun dari dalam kereta, kakek Athanasia, Ariana, Louise, Xavier, Arthur, lalu ada beberapa orang yang menaiki kuda, seperti Allen, Ian, dan Jack.

"Louise!!" Panggil Athanasia, ia masih berlari dan setelah itu memeluk Louise dengan erat.

"Athanasia! Aku sangat merindukanmu!" Ucap Louise membalas pelukkan Athanasia.

"Aku juga! Sudah setahun kita tidak bertemu!" Ucap Athanasia.

"Apalagi aku, kita sudah setahun lebih tidak bertemu." Ucap Arthur menarik kerah baju Athanasia.

"Ah, diam dulu dong, putra mahkota!" Ucap Athanasia menepis tangan Arthur.

"Sebentar lagi aku akan menjadi raja, panggil aku raja!" Ucap Arthur menyombongkan dirinya.

"Hmph! Bagaimana bisa kamu jadi raja, istri saja tidak punya!" Ucap Athanasia meledek Arthur.

"Katakan sekali lagi!" Ucap Arthur kesal.

"Ah, apa sih!" Ucap Athanasia lalu berlari ke belakang kakeknya.

"Kamu sudah besar." Ucap kakek Athanasia sembari mengelus kepala Athanasia.

"Hehehe, tidak kok." Ucap Athanasia, wajahnya memerah karena senang.

Setelah beberapa saat berada di pelukan kakeknya, Athanasia lalu berpindah memeluk Ariana yang sedari tadi memasang raut wajah sedih.

"Bibi, ada apa?" Tanya Athanasia.

"Tidak ada," Ucap Ariana lalu mengelus kepala Athanasia.

"Aku hanya, senang bisa melihatmu." Lanjutnya tersenyum sendu.

"Oh, begitu..." Ucap Athanasia mengangguk mengerti, sebenarnya ia tahu bukan itu yang bibinya pikirkan.

"Oh, Xavier!"

"Kamu semakin tinggi." Ucap Athanasia tersenyum, lalu mengacungkan jempol nya.

Xavier tidak menjawab perkataan Athanasia seperti biasanya, dia hanya membalasnya dengan senyuman, sepertinya Xavier semakin bersikap dewasa setelah bersekolah di Atlanta.

"Yang lainnya juga, senang bertemu dengan kalian." Lanjutnya sembari melambaikan tangannya pada Ian, Allen, dan Jack.

"Athanasia, dimana tuan penyihir?" Tanya Xavier, dia sedari tadi mencari Lucas.

Change Destiny || WMMAPWhere stories live. Discover now