#53 : Bad Feeling

368 31 10
                                    

Sudah beberapa saat berlalu, tapi orang yang Louise katakan sebagai tikus itu tak kunjung keluar. Karena itulah, kini giliran Jennette yang berbicara.

"Hei, keluarlah. Kau tahu bahwa percuma saja jika kau ingin melarikan diri." Ucapnya.

"..."

Meski tak ada jawaban sama sekali, tapi akhirnya orang yang bersembunyi dibalik pintu balkon pun keluar lalu menghampiri Louise dan Jennette.

Awalnya, mereka agak khawatir jika orang lain yang mendengar itu adalah orang yang dekat dengan Athanasia, namun saat orang itu keluar, Louise dan Jennette terlihat sedikit lega.

Louise menghela napas kasar, "Aku pikir siapa, ternyata tikus itu kau, Ijekiel." Ucapnya.

Benar, orang yang menguping itu adalah Ijekiel. Sepertinya dia tidak ahli dalam bersembunyi, hingga akhirnya Louise menyadari hawa keberadaannya.

Ijekiel tidak mengatakan apa-apa, dia hanya menunduk sembari mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat.

"Ijekiel, apa yang kamu lakukan disitu?" Tanya Jennette, dia melembutkan suaranya.

"... Saya hanya ingin menghirup udara segar." Jawab Ijekiel, dia masih menundukkan kepalanya.

Jennette mengangguk, "Begitu, ya..."

"Kamu dengar percakapan kami sampai mana?" Lanjutnya bertanya.

"... Hanya sampai kalian membicarakan soal rencana terakhir." Ijekiel kembali menjawab.

"Oh, begitu..." Ucap Jennette.

"Menguping ditengah pembicaraan, ya." Louise menimpali.

"Maafkan saya." Ucap Ijekiel.

Suasananya sungguh aneh, Louise dan Jennette yang terlihat tenang padahal sebenarnya mereka panik, juga Ijekiel yang secara terang-terangan terlihat sangat gelisah.

"Saya sudah pergi cukup lama... saya akan kembali kedalam." Ucap Ijekiel, lalu segera berbalik.

Saat Ijekiel hendak memegang gagang pintu, Louise berbicara membuat Ijekiel terhenti, "Kau tahu kan, apa yang akan terjadi jika kau membocorkan pembicaraan kami?" Tanya Louise.

Tanpa berbalik, Ijekiel menjawab, "Saya mengerti." Jawabnya.

Setelah itu, Ijekiel pun pergi meninggalkan Louise dan Jennette yang kembali melanjutkan pembicaraan mereka.

***

Di sisi lain, Athanasia dan Lucas yang sudah selesai berdansa pun langsung pergi ke ruang istirahat. Namun Lucas kembali ke aula untuk membawa minuman dan beberapa camilan untuk Athanasia.

"Apa ya... perasaanku tidak enak," Gumam Athanasia.

"Apa yang sedang kau pikirkan?"

Pertanyaan dari seseorang yang tiba-tiba saja datang menghampiri Athanasia membuat Athanasia terkejut, namun ia tidak bisa marah, karena seseorang itu adalah Lucas.

Athanasia menggelengkan kepalanya, "Tidak, tidak ada apa-apa." Jawabnya.

Lucas terdiam sejenak, lalu menaruh minuman dan camilan yang ia bawa dimeja yang ada disamping sofa tempat Athanasia duduk. Lalu, ia pun duduk disamping Athanasia.

"Meski kau berkata tidak apa-apa, tapi raut wajahmu tidak bisa berbohong." Ucap Lucas.

Athanasia baru sadar bahwa raut wajahnya kini sangat buruk, bahkan mau tersenyum saja tidak bisa. Pantas saja Lucas bicara seperti itu.

"... Sebenarnya, dari tadi aku merasa gelisah dan perasaanku tidak enak," Ucap Athanasia.

"Apa mungkin... itu karena aku terlalu mengkhawatirkan tentang penobatan nanti, ya?" Lanjutnya bertanya.

Change Destiny || WMMAPWhere stories live. Discover now