#62 : Obelia's Hero

171 24 5
                                    

Hari-hari berlalu, waktu mengalir seperti air dan tak terasa sudah setahun berlalu. Athanasia kini berada di salah satu tempat di kuil suci Obelia. Dirinya duduk di sebuah tempat bersama dengan Ophelia, Helena, dan Cecilia.

"Saya sangat gugup!" Seru Cecilia.

"Yang menikah kan bukan dirimu." Sahut Helena.

Cecilia tertawa kecil, "Tapi tetap saja..."

"Pengantin wanita dipersilahkan masuk." Ucap Paus.

Tatapan orang-orang kini beralih ke arah pintu masuk. Pintunya terbuka, dan seorang wanita cantik berjalan di altar pernikahan dengan gaun berwarna putihnya yang indah.

"Alice!" Ucap Cecilia.

Ya, hari ini adalah hari pernikahan Alice. Wanita itu langsung melaksanakan pernikahan beberapa minggu setelah tunangannya melakukan upacara kedewasaan.

Terlihat dengan jelas bahwa Alice gugup saat ini, Athanasia dan yang lainnya tersenyum, berharap senyuman mereka tersampaikan pada Alice. Dan ya, Alice menatap mereka dan balik tersenyum.

Diantarkan oleh ayahnya, Alice kini sudah ada di samping calon suaminya, dan berhadapan dengan Paus yang akan menikahkan mereka berdua.

Setelah beberapa belas menit waktu pemberkatan kedua mempelai, juga beberapa ceramah yang disampaikan, akhirnya kini sudah waktunya mengucapkan sumpah pernikahan.

Athanasia dan yang lainnya ikut gugup saat Paus bertanya pada Alice, "Mempelai wanita, apakah kau bersumpah akan selalu berada di samping suamimu di saat susah maupun senang?"

"Saya bersumpah." Tanpa ragu Alice menjawab.

Paus tersenyum, "Baiklah, sekarang saatnya-"

Belum selesai berbicara, Alice langsung menarik kerah baju suaminya dan mencium bibir pria itu. Keduanya langsung menautkan bibir satu sama lain dan beberapa saat pria itu melumat lidah Alice.

Paus maupun yang lainnya terkejut, namun pada akhirnya mereka tertawa sembari bertepuk tangan bahagia. Akhirnya, salah satu teman Athanasia sudah ada yang menikah.

***

Dilanjutkan dengan acara di luar ruangan, semuanya mulai berpesta sembari meminum wine mereka. Begitu juga dengan Athanasia dan yang lainnya.

"Kapan pelemparan bunga nya?" Tanya Helena.

"Sebentar lagi." Jawab Cecilia.

"Seperti kau yang akan menangkap buketnya saja." Seru Athanasia sembari meminum wine.

"Tentu saja aku akan dapat." Helena berucap.

Athanasia tidak menjawab, ia hanya tertawa.

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya waktu dimana kedua mempelai melemparkan buket bunga pun dimulai. Semua orang sudah bersiap untuk mendapatkan buketnya, berbeda dengan Athanasia dan Ophelia yang hanya memperhatikan dari pinggir.

"Semua siap?"

"Satu..."

"Dua..."

"Tiga!"

Buket bunga itupun dilempar, orang-orang bersorak sembari melompat untuk meraih buket bunga itu. Namun, mereka tidak mendapatkannya. Bahkan Helena pun tidak.

"Eh?"

Buket bunga itu jatuh ke tangan Ophelia yang sedari tadi hanya menonton dengan Athanasia, Ophelia yang kebingungan lalu menatap Athanasia, dan Athanasia tersenyum lebar.

"Sepertinya kak Arthur akan segera kemari, ya." Ucapnya.

Ophelia menunduk malu, wajahnya memerah. Orang-orang bersorak dan bertepuk tangan untuk Ophelia. Helena awalnya terlihat sedih, namun pada akhirnya ia tertawa sembari memeluk Ophelia.

Change Destiny || WMMAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang