#61 : Court

165 22 2
                                    

Satu bulan berlalu sejak kejadian hari itu. Keadaan di dalam dan luar istana sudah mulai tenang. Awalnya, beberapa hari setelah kejadian itu, kekaisaran langsung dihebohkan dengan apa yang terjadi saat itu.

Arthur dan yang lainnya masih ada di kekaisaran. Mereka tidak bisa kembali ke kerajaan Siodonna sebelum pengadilan dimulai. Makanya, sambil melewati masa pemulihan, Arthur lebih memilih untuk tetap tenang dan fokus pada pemulihannya.

Claude juga sudah pulih, setelah ditangani dengan cepat saat itu, Claude yang baru saja sadarkan diri langsung pergi mencari Athanasia. Dan tentu saja, luka-luka yang sudah diobati dengan susah payah kembali terbuka dan mengeluarkan darah.

Kini, Athanasia tengah bersiap, ia dibantu oleh Lilian, pengasuhnya. Athanasia harus segera bersiap dan pergi ke alun-alun kota. Hari ini, akhirnya pengadilan akan dilaksanakan.

Awalnya, Athanasia memilih untuk melakukan pengadilan tertutup di istana Topaz, namun melihat para rakyat yang mulai membicarakan hal buruk tentang orang-orang di Siodonna, Athanasia akhirnya berubah pikiran dan memilih untuk melakukan pengadilan terbuka di alun-alun kota.

"Anda sudah melakukan banyak hal dengan baik, maka kali ini, anda pasti bisa melakukannya dengan baik juga." Lilian berucap, sembari mengusap surai lembut Athanasia.

Athanasia tersenyum tipis, "Iya." Jawabnya.

Ia tidak hanya datang untuk menyaksikan para pemimpin pemberontakan dihukum mati, namun Athanasia juga datang sebagai saksi, karena ia adalah orang yang dekat dengan Louise.

'Pada akhirnya, aku tetap tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh Louise dan Lucas.' Pikirnya.

"Semuanya sudah siap, kita berangkat sekarang?" Lilian bertanya, dan Athanasia mengangguk sebagai jawaban.

***
Sesampainya di alun-alun, tempat itu sudah ramai dengan ratusan bahkan ribuan orang yang ingin melihat pengadilan terbuka yang sudah lama tidak dilakukan. Karena biasanya, Claude selalu melakukan pengadilan tertutup.

Para bangsawan dan rakyat biasa berdiri berdampingan, mereka terlihat bersatu tanpa memandang posisi hanya untuk melihat pengadilan terbuka ini.

Orang-orang bersorak kegirangan saat Claude dan Athanasia muncul, hingga akhirnya Claude menyuruh mereka semua untuk diam setelah dirinya dan Athanasia duduk di singgasana yang sudah disiapkan.

Ijekiel, Arthur, Xavier, bahkan Ophelia dan Ian datang menjadi saksi. Mereka duduk di tempat yang sudah di sediakan untuk para saksi, tempat itu ada di sebelah kanan Kaisar.

Lalu, para tersangka juga tiba, orang-orang mulai bersorak sambil melempari mereka batu dan juga sayuran busuk. Lalu, para tersangka itu akhirnya duduk di tempat yang juga sudah disediakan, yaitu tempat di sebelah kiri Kaisar.

Tanpa banyak basa-basi, akhirnya Claude memulai persidangan. Banyak para bangsawan yang diadili, bukan hanya karena ikut serta dalam pemberontakan, namun ada juga bangsawan yang melakukan korupsi.

Claude lalu kembali membahas soal pemberontakan. Pemimpin dari pemberontakan itu ada Duke Alpheus, namun dalang dari perencanaan pemberontakan bukanlah dirinya, melainkan Louise la Siodonna, Putri pertama dari kerajaan Siodonna.

Beberapa bangsawan yang membantu pemberontakan juga disebutkan. Antara lain ada Countess Rosalia, bibinya Jennette. Count dan Countess Athia, juga Baron Vito.

Anak-anak mereka tidak ikut campur, bahkan tidak mengetahui tentang rencana pemberontakan ini. Makanya, mereka tidak diberi hukuman, namun harus menerima konsekuensi dari perbuatan orang tua mereka.

Lucia, teman Louise yang juga dulu bersekolah di Atlanta, juga ikut dalam rencana pemberontakan ini. Namun ia sudah dihukum di kerajaannya sendiri.

Setelah itu, Claude lalu bertanya pada para saksi tentang apa yang mereka ketahui tentang rencana pemberontakan ini. Namun mereka semua benar-benar tidak tahu apapun.

Change Destiny || WMMAPDonde viven las historias. Descúbrelo ahora