1. Halo, ini Jay

49.4K 2.5K 677
                                    

Belum pernah Jay rasakan yang namanya jatuh cinta. Sejak ia kecil, ia sudah dihujani banyak kasih sayang dan rasa peduli dari Papa dan Mamanya. Jay tidak pernah merasa butuh akan curahan cinta dari orang lain. Keluarganya sudah melengkapi semuanya.

"Tapi lo sama Jungwon kayak yang nempel banget deh ya?"

Nah, itu masalahnya.

Paragraf awal tadi memanglah sebuah fakta.... sebelum Jay mengenal si Jungwon Jungwon ini.

Yang Jungwon.

Jay yang biasanya hanya kuliah-rapat-pulang-repeat itu tiba-tiba menjadi rajin mengecek ke gedung jurusan lain yang sebenarnya tak selaras sama sekali dengannya. Ia harus menaiki motor besarnya itu untuk sekedar mengecek keberadaan seseorang yang semenjak semester lalu menjadi teman nya.

"Nggak tahu gue." jawab Jay kala itu.

Ia melirik ponselnya, bahkan nama Yang Jungwon berada pada list teratas aplikasi chat bergambar telepon dengan warna hijau itu. Kontak Yang Jungwon ter-pinned paling atas.

Jay kali ini beralih pada sosok yang mengajaknya bicara sedari tadi.

"Menurut lo gimana, Jake?" tanyanya dengan perasaan tak tentu. Ia mengharapkan sebuah solusi akan hidupnya, tapi juga berharap Jake untuk tidak ikut campur apalagi sampai menentang apa yang Jay pikirkan mengenai dirinya sendiri dengan Jungwon.

"Gue nggak bisa bantu banyak. Tapi kalau kata gue, lo gay."

Helaan napas langsung Jay lepaskan. Kalau itu... rasanya Jay sudah tahu.

"Terus..?" pancing Jay lebih lanjut. Ingin mencari tahu pandangan sobat karib seperjuangannya itu.

Jake yang dipancing malah kebingungan. Ia hanya memikirkan kalimatnya tadi saja. Ia belum menyiapkan kalimat-kalimat lain untuk menjawab atau bahkan menasihati Jay mengenai orientasinya itu.

Pasalnya, Jake ini rajin beribadah. Sangat rajin. Kalau bagi muslim, dia ini ubin masjid. Tapi karena dia ini umat Kristiani, entah apa sebutannya. Mirip-mirip lah tentunya. Seseorang yang bervibes adem, iman kuat, serta rajin bersambang ke tempat ibadah, kurang lebih begitulah sosok Jake ini.

Ubin gereja? Mungkin.

"Ya nggak terus-terus, Jay. Cuma itu yang gue simpulin." balas Jake sekenanya, tidak ingin terlalu dalam lagi.

Jay mengangguk, "Anggap gue gay. Menurut lo... Jungwon gimana?" lanjutnya menanyai sang sahabat.

"Ya mana gue tahu, nyet!" ucap Jake betulan tak tahu. Ia hanya bertemu Jungwon si anak jurusan kimia itu sekali dua kali. Jurusan mereka terlampau bertolak belakang, fakultas pun sudah berbeda. Jujur saja, kalau bukan karena hubungan (entah sudah pantas disebut hubungan atau belum) Jungwon dengan Jay, ia tak akan pernah mengenal sosok bermarga Yang itu.

"Gue nggak yakin, Jake. Lebihnya gue gemes-gemesan doang sama doi. Nggak pernah yang lebih."

"Lebih gimana maksud lo????"

Sedikit menaikkan nada bicaranya, Jake kaget sungguhan. Memaknai kalimat Jay dengan konotasi minus.

"Ya.... gitu. I never... touch him."

Ternyata Jake tidak salah mengira. Topik ini serasa semakin berat saja. Ia belum berpengalaman, lebih tepatnya memang tidak pernah ia mendalami dunia warna-warni tersebut. Ekstrem. Jake bukan homo, sejauh ini dia lelaki hetero yang selalu straight pada jalannya.

Baru saja Jake akan membuka mulut, Jay menambahkan.

"But i kissed him. Beberapa kali."

Tanpa Jake sadari, bibirnya terbuka cukup lebar. Tentu shock dengan pengakuan Jay yang selama ini ia tahu sebagai sosok yang anti-romantic kalau diistilahkan. Jay yang tidak pernah pacaran, tidak pernah terlihat dekat dengan siapapun selain teman sepernongkrongannya, tiba-tiba membuat pengakuan sudah mencium seseorang.

Beberapa kali.

Dan seseorang ini adalah lelaki.

"Did he kissed you back?" tanya Jake, otaknya menyusun serpihan-serpihan kejadian yang sejauh ini terjadi dan tertangkap indra penglihatannya.

Bagaimana Jay memperlakukan Jungwon di depan orang lain. Bagaimana Jay yang menyempatkan waktunya hanya untuk mengantar-jemput Jungwon. Bagaimana Jay yang kelimpungan tak karuan saat Jungwon sakit.

"He did. Always."

Mendengar jawaban Jay, pria bermarga Shim itu tersenyum simpul. Sedikit berat namun terkesan maklum dan paham. Dengan membatin pada Tuhan agar mengampuni dirinya, ia menepuk pundak Jay.

"Maju aja lah, bro. Itu Jungwon juga ngasih lampu hijau."




tbc











Ini akan jadi book ganda putra pertamaku :)

Jaywonist semoga mendukung haha!

Jaywonist semoga mendukung haha!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
bromance : jaywon [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang