24. Hati-hati di jalan

10.6K 764 197
                                    

"Lo kalau ada masalah itu bilang. Ada apa sama Jungwon? Tonjok-tonjokan gini kenapa?"

Jake menuturi sepupunya itu dengan telaten. Ia membantu mengobati goresan-goresan kecil di wajah tampan si pria Park. Dari pelipis, rahang, dagu, hingga bibir Jay nampak lebam dan berdarah.

"Kenapa yang bonyok elo doang?" tanya Jake sekali lagi.

Jay masih terdiam. Tatapannya redup tak seperti Jay yang biasanya. Pria ini jelas sedang patah hati. Namun kenapa? Apa yang terjadi pada hubungan homo Jay dan Jungwon? Jake ingin tahu.

"Tadi anak-anak nanyain. Gue bilang nggak tahu. Semua orang ngelihat Jungwon nangis, ngelihat elo bonyok. Terus kalian pergi nggak pamitan. Semuanya bingung."

Jake kali ini menatap sudut bibir Jay yang membiru dan tergores kecil. Ia bersihkan luka itu dengan lembut, "Putus?" ucapnya menebak.

Jay akhirnya merespon, tatapannya tertuju membalas Jake. Tatapan yang sebelumnya meredup kini menggelap dengan genangan air di ujung-ujungnya.

Jay menangis.

"Bro? Are you okay?"

Jay menundukkan diri, menenggelamkan wajahnya di antara lutut. Punggungnya bergetar hebat dan isakan pilu mulai terdengar. Jake yang kaget dengan peristiwa di hadapannya pun membeku.

"Gue nggak bisa tanpa Jungwon... Gue nggak bisa..." rintih Jay dalam tangisnya.

Jake segera merangkul tubuh si pria Park, memeluknya erat serta mengusap dengan lembut.

"Lo bisa cerita nanti. Udah, lepasin semuanya dulu.." balas Jake dengan sabar. Ia terus memeluk Jay. Ia dengarkan semua racauan pria itu yang hanya mengatakan hidupnya hancur tanpa Jungwon, tak bisa hidup tanpa Jungwon, dan beberapa kalimat lain yang bertemakan Jungwon.

Cukup lama Jay menangis, Jake baru menyadari bahwa tubuh sepupunya ini terasa sangat hangat. Oh, lebih dari itu, tubuh Jay seperti mendidih.

"Hei? Jay? Anjir ini badan lo panas banget!"

Jake langsung mengecek dahi dan leher Jay. Benar, suhu tubuhnya terasa di luar batas normal. Ia juga melihat mata Jay yang bengkak sayu, kemudian wajahnya memerah dengan peluh memenuhi dahinya.

Shit, shit, shiiiiiiit.

"Kita ke rumah sakit sekarang."






+
+
+
+
+











Jungwon mengendarai motor dengan perasaan yang kacau. Hubungannya sudah berakhir, kisah cintanya sudah berakhir. Namun apa yang ia lakukan? Mengapa ia selalu tak bisa menolak Jay? Mengapa ia selalu terjatuh? Mengapa ia selalu kalah?

Beruntung helm yang ia kenakan berwarna gelao dengan jenis full face. Jika tidak, mungkin sepanjang jalan ia akan dijadikan tontonan karena menangis terisak. Berkali-kali ia berusaha mengedipkan mata agar pandangannya tak memudar. Ia terus menarik gas walau rasa perih pada tangan kanannya semakin terasa.

Jungwon merasa hidupnya berada pada level terbawah saat ini. Seumur hidupnya, ia tak pernah menangis separah saat ia bersama Jay. Hanya pria Park lah yang berhasil menyakiti perasaannya hingga seperti sekarang ini.

Jungwon butuh seseorang untuk dituangi kisah sendunya. Namun ia tak pernah menceritakan soal Jay pada siapapun dan hal tersebut sukses menambah rasa sesak dalam dadanya.

Cukup lama ia berkendara, Jungwon akhirnya sampai. Ia tak pulang ke kosan, pria manis itu memutuskan untuk pulang ke rumah entah mengapa.

bromance : jaywon [✓]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora