15. Hujam🔞

24.8K 929 254
                                    

nggak baca ulang karena ya gitu deh👀

sorry for typos!

























Jungwon terbangun pukul 9 pagi. Ia mengecek ponselnya, Jay belum membalas. Selepas kepulangan Jay, ia belum merasakan rasa bersalah atau ada sesuatu yang tak benar. Namun saat pagi buta, saat ia baru akan tertidur, ia mulai merasakannya.

Ditambah dengan Jay yang tak kunjung memberi kabar.

Jungwon
Bang?

Udah sampai?

L

ima belas menit tanpa balasan, ia tahu Jay sengaja mengabaikannya. Jungwon tahu kekasihnya itu pasti belum tertidur, atau mungkin sengaja menidurkan diri. Jungwon pun mengalah, mungkin esok hari kekasihnya lebih tenang dan akan membalasnya.

Dari pukul 9 pagi hingga 9 malam, nyatanya Jay tak membalas. Jungwon mengecek last seen di whatsapp Jay, kemudian mengecek apakah kekasihnya itu membuat insta story di instagram. Seluruhnya sepi. Whatsappnya terakhir online kemarin, instagramnya pun tak menunjukan adanya aktivitas.

Jay seperti hilang di telan bumi.

"Ngelamun aja lo!" suara Jiwon memecah keheningan. Kakak perempuannya itu tiba-tiba sudah masuk ke dalam kamarnya. Membawakan sebuah susu kotak kesukaan Jungwon.

"Nih! Papa tadi beliin." ucap Jiwon.

Jungwon mendecak, terganggu akan kehadiran kakaknya. "Makasih. Udah sono keluar, nggak mood gue sama lo."

Jiwon menghadiahi sebuah jitakan pada puncak kepala adiknya, baru kemudian pergi meninggalkan kamar Jungwon. Selepas kepergian sang kakak, Jungwon berjalan ke arah pintu dan segera menguncinya. Ia merebahkan diri di atas kasur sambil menerawang.

Ini pertengkaran pertama mereka. Pertengkaran pertamanya dengan Jay.

Jungwon bingung harus seperti apa. Ia sadar dirinya salah karena mengungkit masalah kepastian akan hubungan mereka. Tapi betulan Jungwon belum sempat memikirkan masa depannya dengan Jay. Ia ingin menjalaninya dengan perlahan. Perjalanan mereka masih jauh sekali. Jungwon masih mahasiswa tingkat pertama, Jay masih kedua. Mereka masih teramat sangat jauh membahas masa depan.

Jujur, Jungwon belum siap. Entah kapan pula ia akan siap menghadapi realita. Jungwon sadar hubungannya akan sangat sulit jika berhubungan dengan coming out atau melela. Jay sudah sekali melakukannya, dan pria itu beruntung memiliki sosok seperti Jake yang tetap menerimanya.

Jungwon tidak punya. Ia tak dekat dengan siapapun. Ia lebih sering menghabiskan waktu dengan teman biasa, tak ada yang lebih hingga fase ia menceritakan concern hidupnya.

Apalagi menceritakan bahwa ia sekarang homo. Gay.

Jungwon tidak siap menghadapi penolakan, hinaan, cibiran, atau sekedar lirikan aneh. Jungwon tidak berani.

Ia sedikitnya rindu akan sosok Jay. Baru satu hari mereka berjauhan (dalam fisik hingga maya), Jungwon sudah sangat rindu. Ia tak bohong, Jay sudah menjadi bagian dari hidupnya. Itulah mengapa ia sangat merasa bersalah saat sadar ucapannya menyakiti Jay.

Telat, namun setidaknya ia sadar. Dan masalahnya adalah ia belum pernah menghadapi kemarahan Jay. Selama ini prianya terus-menerus mengemong dan memanjakannya. Jay memberikan 24/7 aktivitasnya untuk Jungwon. Saat Jungwon memintanya datang, Jay akan secepat kilat menghampirinya. Saat Jungwon mengirimi pesan, Jay membalas tak lebih dari semenit.

bromance : jaywon [✓]Where stories live. Discover now