21. Teman

7.8K 637 212
                                    

"Kusut banget muka lo, anjing!"
Jake terkejut betulan saat Jay membuka pintu apartemennya dengan wajah bantal dan mata memerah serta kantung mata hitam yang tak sedap dipandang. Jake menoyor dahi si abang tampan itu untuk memastikan apakah nyawa pria ini masih benar-benar ada di tubuhnya.

Jay mengernyit sebal, "Buruan masuk, bangsat! Gue ngantuk!" timpal Jay seraya menarik lengan sahabatnya itu dengan cepat. Jake masuk, Jay pun melangkah malas menuju sofa. Ia sudah persis seperti zombie.

"Sejak kapan lo minum ginian?" tanya Jake saat mendapati beberapa kaleng bir murahan yang biasa dijual di supermarket berada di atas meja Jay. Ini sama sekali bukan style si anak tunggal kaya raya itu. Seingatnya, Jay hanya meminum wine, selain itu, ia tak suka. Apalagi bir kelas bawah seperti ini.

"Bacot!" sahut Jay emosi.

Jake pun duduk di sebelah Jay, mengutarakan maksud kedatangannya, "Lo mau ngasih apaan ke Lucy? Gue bingung nih, patungan aja dah kita jadiin satu barang biar gampang, Nyet." ucapnya.

Jay memalingkan wajah dan menutup matanya kembali, "Iya.." jawabnya malas.

"Gue tadi lihat-lihat di web resmi sih masih ada nih tas emak-emak sosialita. 60-40 ya, Jay? Kan kayaan elo." lanjut Jake.

Jay kembali bergumam, "Hm.. Iya.." ucapnya. Sedangkan Jake yang mendapat jawaban bernada melas sedari tadi itu pun menoleh.

"Lo putus ya sama si anak MIPA itu?" tanyanya seperti tanpa dosa.














Bug!

Sebuah bantal langsung melayang mengenai wajah bule milik Jake. Tentu pelakunya adalah si pria Park yang saat ini sudah sober dadakan dan melotot kesal.

"Enggak, anjing! Tiati lo kalau ngomong!" ucap Jay.

Jake langsung mencibir, "Kalau bahas dia aja langsung hidup nyawa lo, bangsat!" imbuhnya bersungut.

Jay mendecih kemudian melanjutkan posisi memejamnya, "Jungwon lagi liburan sama temen-temennya. Nggak ada sinyal. Nggak bisa ngehubungin gue. Mana udah tiga hari." curhat Jay tiba-tiba.

Jay menghela napasnya kemudian merebahkan diri, "Sorry nih gue curhat colongan. Abisnya yang tahu doi sama gue kan cuma elo." lanjut Jay dengan suara berat.

"Hmmmm, tapi cuy.. Apa hubungannya kalian nggak saling kontakan sama tiba-tiba jadi zombie gembel begini, hah?"











Bug!

Sekali lagi wajah bule Jake tertampar bantal, "Anjing, Jay!" umpat pria itu. Jay sendiri membuka mata dan memicing kesal, "Ya nggak ada! Tapi gue males harus beli-beli barang kalau nggak sama dia."

"What the—buciiiiiin banget, tolol!" ucap Jake, kali ini ia sudah sigap menahan bantal yang hampir melayang kembali padanya. Ia meraih bantal itu dan melempar ke paha Jay.

Jake ikut merebahkan diri tak jauh dari Jay, kemudian menerawang langit-langit apartemen sahabatnya itu cukup lama.

"Lo sama Jungwon udah ngapain aja?" tanya Jake dengan nada serius.

Jay melirik, "Ya biasa, kayak orang pacaran."

"Iya tahu. Ngapain ajaaa pacaran lo tuh?" lanjut Jake.

Cukup lama Jay terdiam. Ia menimbang-nimbang haruskah menceritakan kisah kasihnya bersama Jungwon. Tapi jika tidak, memangnya ia punya tempat lain untuk mengadu? Sejauh ini hanya Jake yang tahu akan hubungan homonya dengan Jungwon. Ia pun memilih untuk bercerita seadanya saja.

"Yaaa, gue sama dia—"

"Having sex?" potong si pria bule tersebut. Jake kali ini menatap Jay yang terdiam tak melanjutkan. Jay langsung melempar kepalanya ke bantal dan menutup matanya menggunakan lengan miliknya seolah telah selesai menjawab.

bromance : jaywon [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang