He Is Psycho 5 : Apa ... katamu?

2.3K 199 41
                                    

Pada akhirnya, Alberto benar-benar membawakan pesanan random Samuel mengenai laptop. Dan tanpa menunggu, Samuel pun langsung menatap Nafelly dengan wajah arogan yang terpampang. Seolah mengatakan, lihat apa kataku?

Sebenarnya, Samuel bukan tipe orang yang bisa menyombongkan dirinya sendiri atau membanggakan harta-hartanya seperti yang dilakukan ayah dan teman-teman ayahnya. Samuel termasuk anak yang rendah hati dan tidak sombong. Apalagi dengan betapa dewasanya dia sedari dini, Samuel jadi tidak bisa mengikuti kegiatan kekanak-kanakan ayah dan paman-pamannya. Namun entah mengapa, pada Nafelly, Samuel ingin menyombongkan semuanya.

Nafelly yang melihat betapa menyebalkan wajah Samuel pun mendelik kesal. "Yah baiklah. Aku percaya kau sangat kaya raya." Nafelly mengakui dengan enggan.

Samuel menatap ke arah Alberto. Ekspresinya berganti menjadi penuh dengan rasa syukur dan menunjukkan betapa terharunya dia.

"Cih." Alberto membalasnya dengan decihan dan segera berjalan ke arah Nafelly dengan paper bag lain di tangannya. "Nona, gunakanlah ini," katanya sambil menyerahkan paper bag di tangannya.

Samuel bertanya, "Apa itu?" Bersamaan dengan Nafelly yang juga bertanya, "Apa ini?"

"Saya sudah mengatakannya sebelumnya bahwa saya akan membelikan Anda pakaian," kata Alberto. "Segeralah ganti dan ikut saya ke rumah sakit."

"Kenapa kau membawanya ke rumah sakit?" Samuel bertanya dengan heran. Dan sejak kapan Alberto bisa perhatian terhadap wanita?

"Lalu apa saya harus membiarkan penampilannya yang memar seperti ini?" Alberto menatap sinis pada Samuel. Dan Samuel langsung ciut di tempat karena menyadari bahwa Alberto masih belum selesai ngambek padanya. Alberto membuang napas. "Dan juga, ini merupakan perintah Tuan Besar Wilkinson. Saya juga diperintahkan mengantar Anda ke rumah besar."

"Apa?! Kenapa?!" Samuel memelototi Alberto. "Kenapa aku harus ke sana dengannya?! Dan kenapa kau harus ..." Suara Samuel mengecil melihat Alberto menatapnya tajam. "... menurutinya," cicitnya, kemudian berdeham. "Ekhem! Baiklah. Ide yang bagus. Sudah lama juga aku tidak ke sana."

Nafelly yang memperhatikan betapa takutnya Samuel pada Alberto pun mau tidak mau tertawa, dan Samuel menatap Nafelly dengan kesal. "Baiklah, terima kasih Alberto!" katanya sambil menepuk bahu Alberto.

Alberto mengernyitkan alisnya dengan tidak nyaman dan mundur selangkah.

Senyum Nafelly perlahan hilang saat tangannya menyentuh udara.

"Saya akan mengantar Anda ke kamar mandi untuk berganti pakaian."

"Oh ... oke."

Samuel mengangkat sebelah alisnya melihat reaksi canggung Nafelly. Yah, setidaknya ada satu kesamaan antara Nafelly dan Samuel.

Sama-sama segan terhadap manusia lemah seperti Alberto.

Saat Nafelly berjalan di belakang Alberto, Samuel tersenyum miring pada Nafelly dan mengangkat jempolnya ke bawah. Seolah mengatakan, payah! tanpa suara.

Nafelly membalas dengan membentuk persegi dengan jari telunjuknya dan berkata, mengacalah! tanpa suara.

Samuel melotot pada Nafelly dan Nafelly membalasnya dengan tertawa tanpa suara dan menjulurkan lidah pada Samuel.

"Nona?"

Dan panggilan Alberto membuat Nafelly maupun Samuel tersentak. Samuel menundukkan kepalanya pada dokumen setelah berdeham, sementara Nafelly menegakkan tubuhnya dan mengikuti Alberto dari belakang.

Dua orang yang punya sifat barbar dalam dirinya masing-masing itu, akhirnya bisa diam hanya dengan satu kata dari Alberto.

***

I Love My President Though He Is PsychoWhere stories live. Discover now