He Is Psycho 9 : Senapan

1.3K 159 32
                                    

"Jadi, Felly menyuruhmu ke sini bersama dengan wanita itu dan juga Samuel?"

"Ya, Tuan."

"Jadi kau akan langsung pergi?"

"Ya, tapi—"

"Jika kau tidak mau dengan Samuel, kau bisa bersama Galaxy. Aku tidak keberatan."

Mereka saat ini sedang berada di ruang kerja Felix, sedangkan Nafelly sudah berada di ruang tamu. Alberto termasuk sering datang ke kediaman Wilkinson untuk melaporkan banyak hal dan membantu perusahaan. Felix juga sudah sangat terbiasa bercanda dengan Alberto.

Alberto menghela napas lelah saat Felix membawa-bawa topik itu kembali. "Saya kebetulan masih berada di jalan yang lurus, Tuan."

"Benarkah? Beritahu aku jika kau sudah berbelok arah."

"Saya harap saya tetap berada di jalan yang lurus. Saya benar-benar berharap."

"Sebegitunya kah kau tidak mau berada di keluarga Wilkinson?"

"Tuan ..." Alberto lagi-lagi menghela napas panjang.

"Baiklah, baiklah." Felix tertawa pelan sambil menepuk bahu Alberto. "Jika saja homo bukan salah satu kelainan seksual, kau pasti setuju dengan salah satu anakku."

Alberto menatap datar pada Felix yang masih tersenyum lebar. Dia tahu jika homo adalah salah satu penyakit kelainan seksual, tapi masih menyodorkan anaknya padaku. Apa dia benar-benar tidak keberatan jika anaknya malah memiliki kelainan seksual? batin Alberto mulai mengomel. Dia tidak bisa mengomel langsung pada Felix karena Felix bukan Samuel yang merupakan bos rasa kawan.

"Baiklah, berhenti menatapku dengan pandangan dengki itu." Felix menyadari tatapan dengki Alberto. Dia menyandarkan bokongnya ke tepi meja. Mereka masih berada di posisi berdiri karena Alberto hanya sebentar di sini. "Jadi, apa barang yang kau butuhkan itu?"

Alberto mengedipkan matanya berkali-kali. "Ah, tentang itu, mungkin akan sedikit sensitif untukmu, Tuan."

"Benarkah? Apa barang yang kau perlukan itu sangat serius?"

"Ya."

Felix menganggukkan kepalanya dan mengangkat kedua bahunya sejenak. "Yah, baiklah. Katakan saja."

"Apa Anda punya foto Nona Nafelly Christine?"

Dan raut wajah Felix menegang seketika.

***

Nafelly menatap sekeliling rumah yang terlihat sangat mewah ini. Mulutnya ternganga setengah, tidak menyangka bahwa keluarga Samuel benar-benar kaya raya.

Pantas saja Samuel melarang Nafelly untuk membunuh ayahnya. Walaupun ayah Samuel sangat mengesalkan dan minta dibunuh, apa yang dikatakan Samuel benar adanya. Yang ada, Nafelly yang pada akhirnya akan terbunuh lebih dulu oleh Felix.

Nafelly kemudian menjatuhkan tubuhnya kembali ke sofa empuk. Keinginan untuk menyentuh senapan yang dipasang di tembok pun muncul.

Sebenarnya, Nafelly tahu jika menyentuh barang orang lain dengan sembarangan, merupakan hal yang tidak sopan. Namun tetap saja, Nafelly bahkan rela menggeserkan meja yang berada di tengah agar Nafelly bisa mencapai senapan itu.

"Hey! Hey! Apa yang kau lakukan?!"

Teriakan panik itu membuat Nafelly yang sudah mengulurkan tangannya pun, menoleh dan mendapati seorang wanita di sana.

"Turun! Kenapa kau lancang sekali?!"

Sentakan kasar itu membuat Nafelly kesal. Dia mengernyitkan alisnya pada perempuan setengah baya itu. "Apa-apaan kau? Kau siapa?"

I Love My President Though He Is PsychoWhere stories live. Discover now