He Is Psycho 18 : Nafelly Berbohong

826 83 10
                                    


Karena kelelahan menangis dan aktivitas olahraga singkat yang melelahkan, Nafelly segera tertidur sesaat setelah dia menyimpan kepalanya di atas bantal. Dia terus menatap pintu, menunggu Alberto mengetuk pintu namun tidak kunjung datang. Alhasil, karena fokus berlebihan, Nafelly pun akhirnya tertidur dalam hitungan detik walaupun dia tidak pernah berencana untuk tertidur.

Samar-samar, Nafelly mendengar suara orang-orang yang berbicara di sekitarnya. Nafelly baru tertidur selama beberapa menit, dan suara-suara itu berkumpul di dekatnya. Mata Nafelly masih terasa berat saat dia membuka matanya sedikit. Wajah bagian samping Alberto terlihat samar di pandangannya. "Alberto ...?" bahkan, untuk membuka mulutnya pun, Nafelly merasa berat.

Seolah dia masih berada di dalam mimpinya. Dan alhasil, panggilannya hanya berupa bisikan kecil. Namun, Alberto tetap menoleh padanya walaupun suara Nafelly tidak jelas. Kini, Nafelly bisa melihat wajah tegas itu yang menatapnya dengan pandangan lembut.

"Nona Christina?" Suara Alberto mengambang, seolah terdengar dari jauh. Nafelly mencoba menggerakkan tangannya yang terasa lemah, mencoba meraih Alberto namun tangannya bahkan tidak dapat terangkat.

Sekali lagi, seolah Alberto memahaminya, sebuah tangan segera menggenggamnya dengan lembut. Dan bisikan lembut, sekali lagi terdengar. "Tidurlah ...."

Nafelly tersenyum tipis dan kembali memejamkan matanya. Dan suara-suara itu tidak lagi terdengar di telinganya.

"Apa kau tidak berpikir dia hanya memanipulasi? Dia tadi benar-benar masih sadar sebelum aku mandi," kata Samuel yang masih memakai bathrobe di tubuhnya. "Dia mungkin berpura-pura."

Alberto yang melihat Nafelly kembali tertidur pun, melepaskan tangannya dari Nafelly dan mengangkat selimut agar menutupi seluruh tubuh Nafelly. Dia menatap Samuel setelah berpikir Nafelly sudah merasa hangat. "Tuan Sam, kita akan berbicara di luar. Nona Christina akan terganggu jika kita bicara di sini."

Samuel berdecak. "Baiklah, aku berpakaian dulu," kesalnya, lalu mendelik saat menatap penghuni lain yang sedang berdiri di dekat pintu. "Tapi kenapa kau datang dengannya?"

Galaxy tersenyum cerah. "Kami bersenang-senang tanpamu. Hanya itu yang harus kau tahu."

Samuel berdecih mendengar ucapan Galaxy. "Alberto lebih sering bersenang-senang denganku. Ucapanmu tidak membuatku kesal."

Galaxy mendengus geli. "Tapi kau membalasku dengan nada kesal."

"Aku kesal karena kau ada di sini," ucap Samuel dan segera berbalik untuk mengambil pakaian barunya.

Alberto mengembuskan napas panjang dan kembali melihat Nafelly yang masih tertidur. Matanya sangat bengkak dan keringat Nafelly pun sangat banyak. Alberto mengernyitkan alisnya saat melihat gerakan selimut yang cepat, tanda bahwa Nafelly bernapas dengan cepat. Alberto segera mengulurkan tangannya dan menyimpan telapak tangannya di dahi Nafelly.

"Ada apa?" tanya Galaxy saat melihat wajah panik Alberto.

"Dia demam. Hah ... sudah kuduga, serangan panik akan membawa efek samping lain," jawab Alberto, segera menatap Galaxy yang berdiri di samping pintu. "Apakah kau bisa memanggil dokter keluargamu untuknya?"

Galaxy tersenyum miring. "Apa untungnya untukku?"

Alberto menghela napas panjang. Ya, keluarga Wilkinson tetaplah keluarga Wilkinson. "Baiklah. Aku hanya harus menunggu Tuan Sam."

Galaxy mendelik mendengar ucapan Alberto. "Baiklah, baiklah, aku akan meneleponnya," katanya sambil mengeluarkan ponselnya.

Samuel keluar dari kamar mandi dan melihat Galaxy yang sedang menelepon. Dia tersenyum miring melihat kesibukan Galaxy. "Kenapa? Managermu menghubungimu agar kau kembali? Pergilah, kalau begitu."

I Love My President Though He Is PsychoWhere stories live. Discover now