She Is Psycho 19 : Sadarilah Posisimu

366 35 2
                                    

Nafelly mengerjapkan matanya yang terasa berat. Lampu kamar masih menyala terang, dan Nafelly tersadar jika dia masih berada di dalam hotel. Nafelly menatap ke arah sofa, di mana di sana ada seorang pria yang sedang tertidur sambil duduk. Nafelly segera terduduk di tempatnya. "Albe—hmph!"

"Jangan berisik. Dia baru saja tertidur," bisik orang yang membekap mulutnya, yang tidak lain adalah Samuel.

Nafelly segera menoleh ke belakang dan melepaskan tangan Samuel dari mulutnya. "Kapan dia datang?" tanyanya, ikut berbisik.

Samuel bersidekap dada dan mengangkat kedua bahunya. "Sesaat setelah aku masuk ke dalam kamar mandi, apa kau sebenarnya pura-pura tidur? Kenapa cepat sekali pulas?"

Nafelly hanya menggosok matanya dengan jari. "Aku menunggunya, tapi entah kenapa aku merasa sangat lelah dan tertidur."

"Sungguh? Tidak berpura-pura?"

Nafelly hanya berdecak kesal. Dia menatap Alberto sekilas dan kembali menatap Samuel. "Kenapa dia tidur di sofa? Dan kenapa kau berdiri di sini dan tidak tidur?"

Samuel mendelik. "Aku hanya memastikan jika kau melakukan sesuatu yang buruk pada Alberto. Dan aku tidak tidur di sini. Aku tidur di sebelah."

"Kalau begitu, pindahkan Alberto ke sini," kata Nafelly, menepuk sisi kosong di sebelahnya. "Alberto tidak akan nyaman tidur seperti itu."

Samuel memelototi Nafelly. "Aku lebih suka membawanya ke tempat tidurku daripada membiarkannya denganmu!"

Nafelly cemberut dan berdecih kesal. "Lalu kenapa kau tidak melakukannya?! Kau membiarkan dia tidur di sofa!" bentaknya sambil berbisik.

Samuel mendorong kening Nafelly dengan kesal. "Memangnya siapa yang membuatnya kerepotan dan harus merawatmu semalaman?! Kau bahkan tidak melepaskan tangan Alberto sampai dokter datang."

Nafelly mengedipkan matanya berkali-kali. "Aku? Benarkah?" tanyanya heran. "Kenapa aku tidak ingat?"

Mendengar kata ingat dari bibir mungil Nafelly, membuat Samuel teringat apa yang pernah terlintas dari pikirannya. Dia ingat saat bertanya pada dokter yang menangani Nafelly. Samuel bertanya tentang apakah Nafelly berpura-pura atau tidak saat bilang hilang ingatan. Namun, secepat datangnya pertanyaan itu, secepat itu pula pertanyaannya dibantah oleh dokter. Trauma seseorang tidak mempengaruhi hilangnya ingatan. Itu seperti halnya tentang orang amnesia yang tidak mengingat apapun tapi masih ingat cara memegang sendok dan berbicara.

Malah, tidak jarang jika trauma itu bisa membuat pasien yang kehilangan ingatannya, menjadi ingat akan kehidupannya sebelum amnesia. Walaupun masih belum terpikirkan apa yang sebenarnya terjadi dengan ingatan Nafelly.

Samuel menelan ludahnya saat mulai berbicara. "Apa kau ingat sesuatu saat kau mendapatkan serangan panik?"

Nafelly mengedipkan matanya berkali-kali. "Ingat apa?"

"Hm ... mungkin, berupa imajinasi atau halusinasi. Sesuatu semacam itu."

Kali ini, Nafelly mengangkat sebelah alisnya dan menganggukkan kepalanya berkali-kali. "Ya. Bagaimana kau bisa tahu tentang itu?"

Samuel segera menatap Nafelly dengan pandangan serius. Dia segera duduk di tepian kasur dan menatapnya lurus-lurus. "Sungguh? Halusinasi seperti apa?"

Nafelly menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Aku tidak ingat."

"Kau tidak ingat?! Tapi kau bilang kau melihat sesuatu dalam halusinasimu!"

"Ya, tapi aku tidak ingat," balas Nafelly dengan ngotot. Dia mengernyitkan alisnya, mencoba berpikir bagaimana cara menjelaskannya. "Itu seperti ... mimpi? Kupikir semacam itu. Hanya datang dan pergi, lalu aku tidak ingat lagi setelah bangun."

I Love My President Though He Is PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang