He Is Psycho 24 : David

251 34 8
                                    

Nafelly menatap punggung orang yang sudah menarik tangannya kuat-kuat itu. Dia mengedipkan matanya berkali-kali dan melihat ke atas, mendapati visualisasi tengkuk pria yang serumah dengannya. Mata Nafelly turun, dan melihat Alberto mencengkeram tangannya dengan gemetar. Nafelly berdeham dan menghilangkan wajah tanpa ekspresinya menjadi wajah penuh kegelisahan. Dia tidak menyadari bahwa pria lembut di depannya itu datang di saat Nafelly memperlihatkan wajah garangnya.

"Tuan David ..." Alberto sedikit mendesis saat mengucapkan kata-kata tersebut. "Apa yang Anda lakukan di sini?!"

David yang merupakan paman dari Samuel itu tersenyum tipis dan menyentuh pipi Alberto dengan lembut. Namun, kelembutan itu malah membuat Alberto menegang di tempatnya.

Rahang Nafelly mengeras. Dia memelototi pria tua yang berani-beraninya menyentuh Alberto dengan seenaknya.

David tidak menghiraukan wajah keberatan Nafelly dan malah mendengus geli melihat reaksi Alberto. Dia beralih menjadi menepuk pipi pria itu dengan pelan. "Alberto, kau kehilangan ketenanganmu," katanya dan tersenyum miring. "Sangat tidak pantas menjadi sekretaris Samuel."

"Tuan—"

"Tidak perlu tegang begitu." David mengucapkan kata-kata itu sambil melebarkan senyumnya. "Karena seharusnya kau sudah siap dengan apa yang akan kulakukan selanjutnya."

Tubuh Alberto semakin menegang dan Nafelly semakin memelototi pria tua itu. Nafelly sekarang sangat ingin menjambak rambutnya yang sedikit beruban dan mencakar wajah tuanya yang memiliki sangat sedikit keriput itu.

"Alberto ..." David kembali memanggil Alberto. Kali ini, tangan sialannya menyentuh rambut yang berada di kening Alberto. Menyisirnya dengan jari-jarinya dan menyelipkan rambut depannya ke belakang telinga. Setelah itu, David menekan bahu Alberto dan tersenyum dingin. "... kau seharusnya tahu harga yang harus dibayar jika kehilangan kepercayaanku."

Alberto menelan ludahnya dengan susah payah saat David memberikan ultimatum sekaligus ancaman dalam ucapannya. Melihat reaksi yang diberikan Alberto, David melebarkan senyumnya, dan mengganti dengan senyum ramah pada Alberto. "Kalau begitu, aku akan pergi duluan."

Alberto gemetar dan masih terdiam di tempatnya bahkan saat David berbalik pergi dan menjauh darinya. Tanpa sadar, Alberto yang sedari tadi menahan napasnya pun akhirnya membuang napasnya dan hampir terjatuh jika saja Nafelly tidak menahan tangannya.

"Ada apa denganmu?!" Nafelly yang menahan tubuh ambruk Alberto pun merasa panik saat melihat wajah pucat Alberto. "Apa paman tua itu mengganggumu?! Apa dia melakukan hal tidak senonoh, sebelumnya?!"

"Nafelly ..." Alberto menghela napas panjang dan memijat keningnya dengan frustrasi. "Jangan menghinanya di depan umum. Kau boleh menghina siapa pun, tapi jangan melakukan itu walaupun kau berpikir jika orang di sekitarmu mungkin tidak mengenalnya. Dia berbeda dengan manusia kebanyakan."

Nafelly tidak menjawab dan hanya menatap Alberto dengan pandangan khawatir. Alberto yang melihat tatapan khawatir Nafelly pun hanya dapat tersenyum tipis dan menepuk kepalanya pelan. "Aku tidak apa-apa," ucap Alberto, mencoba menenangkan.

Di mata suci nan jernih Alberto, Nafelly masih sangat polos. Dia tidak tahu yang mana yang baik dan jahat. Keluarga Wilkinson mungkin bisa diperlakukan sebebasnya oleh orang yang mereka kenal. Namun tidak dengan David. Pria yang merupakan ayah kedua Samuel itu sangat-sangat protektif dalam batas yang tidak wajar. Terlebih lagi ....

... pria itulah yang mendoktrin Samuel agar membenci ibu kandungnya sendiri.

Alberto menegakkan tubuhnya dan meraih ponselnya. "Pertama-tama, kita harus menghubungi—"

Alberto menghentikan gerakannya yang akan menghubungi Samuel. Saat ini, pasti David sedang bertemu dengan Samuel. Dan akan sangat canggung jika Alberto memberitahu Samuel sekarang dan membuat Samuel memandangi pamannya sendiri dengan raut wajah tidak bersahabat.

I Love My President Though He Is PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang