She Is Psycho 31 : Itu Hanya Selimut

233 9 3
                                    

Pada saat masuk ke dalam kamar di mana Nafelly dirawat, Samuel mendapati bahwa Nafelly sedang duduk di atas kasur sambil tetap memainkan ponselnya, mencoba memanggil Alberto dengan mendial nomor ponsel pria itu terus menerus. Infus tidak lagi dipasang, diganti dengan perban yang masih terlihat sedikit bercak darah di sana. Nafelly benar-benar menggila. Memang biasanya Nafelly itu gila, namun sekarang dia lebih tidak waras karena ketidakhadiran Alberto.

Tidak ada lagi pawang untuk Nafelly. Tidak ada lagi yang bisa menghilangkan ketidakwarasan Nafelly.

Samuel menghela napas panjang. Nafelly segera menyadarinya dan menoleh, menatap Samuel dengan pandangan tidak fokus. Samuel masih diam, namun segera tersentak saat Nafelly buru-buru berdiri dan berlari ke arah Samuel seperti zombie.

"Apa yang-" Samuel mundur selangkah, benar-benar ketakutan melihat wajah histeris Nafelly.

Namun Nafelly segera meraihnya, menyentak tubuh Samuel dan berteriak di depan wajah Samuel. "Alberto?! Alberto di mana?!"

Samuel diam, menatap Nafelly dengan raut wajah takut dan bingung ingin menjelaskan apa. Karena pasalnya, Samuel hanya dapat menemukan mobil orang-orang yang membawa Alberto, dan juga CCTV kejadian jatuhnya Alberto. Namun jika Samuel jujur melaporkan hal ini, Nafelly pasti akan lebih histeris daripada sekarang. Apalagi jika Samuel berkata bahwa kamera CCTV benar-benar menangkap keseluruhan wujud Alberto.

Samuel benar-benar tidak berani untuk menontonnya. Namun Nafelly berbeda. Seperti yang Alberto bilang, Nafelly masih sangat kecil. Dia hanya percaya apa yang dilihatnya langsung, tidak akan bisa mempercayai apa yang dikatakan orang lain.

Jadi, Samuel mencoba meredakan ekspresi tidak tenangnya dan berkata pada Nafelly. "Sejauh ini, kita baru menemukan mobil yang digunakan mereka untuk membawa tubuh Alberto. Kita hanya tinggal mencari tahu mobil itu milik siapa, dan akan segera menemukan Alberto setelah pelakunya terlacak."

Namun, Samuel tidak bisa menahan sinar kesedihannya saat dadanya berdesir menyakitkan. [Tapi mungkin, keadaan Alberto bukanlah keadaan yang kita harapkan, batinnya melanjutkan.] batinnya.

Seperti yang Samuel duga, Nafelly tidak bisa langsung percaya. Dia segera mengguncang tubuh Alberto dan berkata, "Aku harus melihatnya! Mobil itu! Di mana mobil itu?! Kau tidak bohong padaku, kan?! Mobilnya benar-benar ada, kan?!"

Samuel menghela napas panjang. Dia meredakan ekspresinya, mencoba santai dengan melipat kedua tangannya di depan dada. "Hey, bukankah kau mencintaiku?"

"Apa yang kau katakan dengan tiba-tiba?!" Nafelly malah merasa kesal dan memukul tangan Samuel dengan kencang. "Apa kau main-main denganku?! Sangat tidak lucu dalam keadaan seperti ini!!"

Samuel memaksakan dirinya untuk terkekeh pelan. "Kau seharusnya tahu. Jika aku bisa sesantai ini, berarti keadaan Alberto baik-baik saja." [Kuharap ....]

"Sungguh?! Kau tidak berbohong padaku, kan?!" sentak Nafelly sambil mencengkeram kerah pakaian Samuel.

Samuel melepaskan tangan Nafelly yang berada di kerahnya. "Terserah jika kau tidak percaya padaku. Kau cari tahu sendiri saja." Samuel berbalik, bertingkah seolah-olah dia merasa kesal dengan ketidakpercayaan Nafelly.

Nafelly buru-buru menyentuh tangan Samuel, menahan pria itu agar tidak pergi, "Aku tidak bilang kalau aku tidak percaya!"

Samuel berbalik, menatap Nafelly dengan senyum miring. "Tapi ucapanmu dan tingkahmu memperlihatkan segalanya."

"Aku hanya ingin bukti! Buktikan padaku kalau Alberto-"

"Aku akan membawamu melihat mobilnya. Bukankah aku sudah bilang?"

I Love My President Though He Is PsychoWhere stories live. Discover now