She Is Psycho 14 : Permen Kapas

905 99 20
                                    

"Kau ... sungguh ingin melakukan ini padaku?" Nafelly bertanya. Napasnya sudah terengah-engah dan wajahnya berantakan. Keringat mengalir dari seluruh tubuhnya.

Dia sudah berlari.

Berlari dan berlari untuk menghindari kemungkinan dia terbunuh. Sebuah pistol tanpa peluru berada di tangannya, sementara sang musuh menyeringai saat menghampiri Nafelly yang tersudut di tembok.

"Kenapa? Kau takut akan kematian?" tanya Samuel dengan seringai di wajahnya.

"MEMANGNYA SIAPA YANG TIDAK TAKUT?!" Nafelly meraung, napasnya semakin terengah-engah. Tubuhnya gemetaran dan dia sudah seperti tikus yang akan tertangkap oleh kucing. "Memangnya, apa salahku?" sesak Nafelly. "Apa salahku?! Katakan padaku!! Yang kulakukan hanya mencintaimu!!"

"Kau mencintaiku?" Samuel bertanya sinis dan tersenyum miring. "Kau selalu bilang begitu, walaupun yang kau lakukan hanya bertengkar denganku. Apakah sebelumnya kau tuli? Atau kau memang sengaja?"

"Apa?! Apa yang kau maksud?!" sentak Nafelly, menggenggam pistolnya erat-erat.

"Apa yang kau maksud?!" Samuel sekali lagi, berkata sinis. "Aku tidak percaya ini! Berani-beraninya kau berkata seperti itu?! Setelah sebelumnya aku memintamu menjadi timku?!"

"Kenapa aku harus menjadi timmu?! Kau bahkan dikelilingi wanita, tadi!!"

"Wanita? Wanita yang mana, maksudmu?!"

"Wanita yang tadi!! Wanita-wanita yang ingin satu tim denganmu!!"

"Mereka hanya anak kecil! Kau pikir—"

"ITU DIA!!" Tiba-tiba, teriakan anak kecil terdengar. Anak-anak laki-laki yang sebelumnya tidak ada di sana, akhirnya datang berkumpul dan berteriak sambil menghampiri Samuel. "SERANG!! SERANG DIA!! KITA AKAN MENANG!!"

Nafelly tersenyum miring pada Samuel. "KAWAN-KAWANKU!! SERANG DIA!!"

Samuel melotot panik dengan banyaknya anak-anak yang menyemprotinya dengan tembakan air. "HEY! HEY!! INI CURANG!! KETUA KALIAN SUDAH KEHABISAN PELURU!!"

"TEMBAK!!!"

"TIDAK!!!"

"MAJU!! JANGAN MENYERAH!! MAJU!!"

"MENYINGKIR DARIKU!!"

"HIYAT!!! MATI!!"

"AAAAAAAAAHHHHHHH!!!"

Nafelly tertawa kencang melihat penderitaan Samuel yang dikelilingi anak-anak dan ditembaki oleh pistol air. Nafelly mengambil salah satu pistol anak lain dan ikut menembaki Samuel.

Anak kecil yang pistol airnya direbut Nafelly pun mencoba mengambil pistolnya kembali. Namun, Nafelly enggan memberikannya dan tetap menyerang Samuel sambil tertawa-tawa seperti iblis.

Pada akhirnya, anak kecil itu menangis meraung-raung dan pergi ke tempat orang tuanya berada.

Alberto yang melihat kejadian itu dari bangku tunggu orang tua pun hanya menghela napas panjang dan menepuk dahinya. "Benar-benar konyol!"

***

"Alberto!! Ada rumah hantu di sana!!" Nafelly berseru riang sambil melompat-lompat dan menunjuk ke arah stand rumah hantu. "Ayo ke sana! Ayo ke sana!"

Alberto hanya tersenyum tipis. "Baiklah. Kau pergi berdua dengan Samuel."

"Apa?!" Nafelly cemberut seketika. "Kenapa dengan dia lagi?! Tadi juga dengan dia!"

Samuel hanya memelototi Nafelly. Masih merasa dendam karena tadi dia kalah.

"Rumah hantu itu hanya bisa dimasuki dua orang," jelas Alberto. "Aku sudah pernah ke sana. Kau dan Samuel belum pernah. Jika aku ke sana denganmu, lalu Samuel dengan siapa?"

I Love My President Though He Is PsychoWhere stories live. Discover now