She Is Psycho 29 : Aku Merindukanmu

487 26 2
                                    

"Apakah kau akan membuangku jika aku tidak menghasilkan uang?"

Pria yang mendapat pertanyaan polos dari Nafelly itu, hanya mengedip dan mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi. Mereka baru saja keluar dari basement dan sedang menunggu penjual burger di depan apartement untuk menyiapkan pesanan Nafelly.

Alberto hanya terkekeh melihat betapa seriusnya Nafelly menanyakan pertanyaan itu. "Kenapa kau berkata begitu?"

Nafelly menundukkan kepalanya dalam-dalam. "Hanya ... bajingan Samuel mengatakan seperti itu. Aku tidak memberikan apa-apa untukmu." Ini adalah hari di mana mereka pulang dari hotel setelah kemarin bersenang-senang di taman hiburan.

"Jadi, kau berpikir bahwa Samuel benar?" tanya Alberto, tersenyum hangat pada Nafelly.

Nafelly hanya terdiam. Bisa dibilang, ucapan Samuel di hotel sangat mempengaruhinya. Dan semakin Nafelly melihat Alberto, semakin Nafelly yakin jika Alberto akan pergi. Alberto akan meninggalkannya. Dan Nafelly merasa itu benar-benar akan terjadi. Cepat atau pun lambat. Nafelly yakin itu akan terwujud entah bagaimana akhirnya.

Nafelly hanya menelan ludahnya dengan susah payah saat denyutan nyeri di dadanya kembali terasa. "Hanya saja, aku tidak bisa memberikan apa pun padamu. Tidak seperti Wilkin-Wilkin yang bisa memberikanmu mobil dalam sehari."

Alberto terkekeh lagi mendengar gerutuan Nafelly tentang keluarga Wilkinson. Nafelly benar-benar cemberut, saat ini. Seolah dia ingin memberikan apa saja yang Alberto inginkan dan membuat Alberto terikat selamanya dengan Nafelly.

"Tetangga." Suara wanita tiba-tiba terdengar di samping Alberto yang masih berdiri menunggu burger milik Nafelly. Alberto segera menoleh, dan mendapati wanita tua dengan keranjang bunga, tersenyum hangat padanya. Satu tangkai bunga mawar putih, diberikan pada Alberto. "Bunga gratis."

Alberto balas tersenyum sopan dan mengambil bunga tersebut dengan santai. "Terima kasih, Marry. Seperti biasa, bunga yang indah."

Marry, tetangga tua Alberto itu memang hobi menanam bunga dan memetiknya untuk dibagikan pada para penghuni apartemen. Marry hanya tersenyum pada Alberto dan pergi dari sana setelah Alberto menerima bunganya. Saat menatap tangkai bunga, pandangan Alberto menangkap Nafelly yang memandangnya dengan sebal.

Alberto mengangkat alisnya, seolah bertanya, "Apa?" tanpa suara.

Nafelly hanya membuang napas dan berdecak kagum. "Kau benar-benar disukai banyak orang. Entah pria atau wanita. Entah tua atau muda."

Alberto tertawa pelan mendengar ucapan Nafelly. "Apa yang kau katakan? Marry tinggal bersama suaminya. Dia mungkin tidak memiliki pekerjaan lain karena anaknya selalu memberikan uang dan pengasuh di rumahnya. Dia mungkin bosan dan mulai menanam bunga lalu membagikannya setelah mekar."

"Benarkah?"

"Ya!" Alberto menepuk kepala Nafelly dengan kelopak bunga, membuat satu tangkai jatuh di kepala Nafelly dan segera Alberto ambil. Namun daripada membuangnya, Alberto menyimpan tangkai tersebut di saku dan menepuk sakunya seolah menjaga tangkai itu.

"Burger Anda sudah siap." Penjual burger itu menyerahkan paper bag pada Alberto yang berisi 2 bungkus burger milik Alberto dan Nafelly.

Alberto menoleh pada Nafelly dan berkata, "Ayo pulang."

Hanya dua kata, dan perasaan Nafelly tiba-tiba menghangat dengan sendirinya. Rasa sakit yang tadinya muncul, seolah digantikan dengan perasaan hangat yang membuat Nafelly sesak. Nafelly berjalan di belakang Alberto, dan kata-kata Alberto terngiang-ngiang di kepalanya.

Pulang.

Apa itu berarti ... rumah Alberto adalah rumahnya?

Tapi, jika Alberto tidak ada, Nafelly terkadang merasa kesepian, ketakutan dan kebosanan. Jadi, mengapa kata “pulang” terdengar begitu menyenangkan saat Alberto mengatakannya?

I Love My President Though He Is PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang