She Is Psycho 12 : Diskon 1 Gratis 1

1.1K 129 28
                                    

Biasanya, ada akhir pekan di mana Samuel harus bekerja dan tidak memiliki waktu sama sekali untuk bersantai. Namun ada juga, akhir pekan yang membuat Samuel sangat ingin melakukan kegiatan karena dia kebosanan. Maka pada hari itu, setelah jogging dan sarapan, Samuel menatap kosong pada layar televisi yang lagi-lagi memuat tayang ulang wajah saudaranya.

Terkadang, Galaxy bisa menjadi sangat asing jika muncul di televisi. Bahkan, Samuel yang saudaranya pun tidak mengerti bagaimana bisa saudaranya memiliki bakat seperti itu. Seperti, yang ada di layar televisi itu memang benar-benar orang lain.

Samuel menghela napas panjang dan memanjangkan tubuhnya di atas sofa. Dia mengambil ponselnya dan memainkan game sejenak. Ketika dia bosan dengan game, dia beralih mencari kesibukan lain. Merasa lebih bosan, Samuel akhirnya melakukan face time dengan Alberto. Namun, ketika panggilannya tersambung, yang dilihat Samuel adalah orang lain. "Kenapa kau yang menjawab?"

Orang di seberang malah menunjukkan ekspresi lebih kesal daripada Samuel. "Kau menggangguku! Aku sedang bermain game dan kalah karenamu!"

"Kau? Bermain game?"

"Ya!"

"Di ponsel Alberto? Ponsel yang bahkan aku pun belum pernah memegangnya?"

Mendengar nada suara tidak percaya dari Samuel, Nafelly pun tersenyum miring. "Kau tidak pernah memegangnya sekali pun?"

"Apa-apaan dengan wajah puas itu?!" Samuel segera duduk di sofa. "Bagaimana kau bisa mendapatkannya? Kau menggodanya?"

Nafelly terlihat mengambil camilan dan memakannya dengan puas. "Tidak. Aku hanya bertanya tentang Christina Perri dan dia memberiku ponselnya. Lalu ada iklan di YouTube tentang game dan Alberto membolehkanku mendownload dan memainkannya. Kenapa? Apa Alberto menolak memberikan ponselnya padamu?"

"Aku bahkan tidak pernah mencoba meminjam ponselnya."

"Kenapa? Kau takut dia menolakmu?"

"Menolakku?" Samuel mendengus sinis. "Dia bahkan pernah datang malam-malam ke rumahku hanya karena aku berkata bahwa aku lapar."

Nafelly mengerutkan alisnya dengan heran. "Malam-malam?"

"Ya! Di tengah malam. Bahkan saat dia masih tertidur, dia rela bangun untuk membelikanku makanan." Samuel tersenyum puas saat melihat Nafelly gondok.

Melihat Samuel memiliki ekspresi mengejek di wajahnya, Nafelly yang kesal pun tersenyum miring. "Membeli, kan? Dia tidak membuatkan makanan untukmu. Coba tebak, siapa yang saat ini sedang membuatkan makan siang untukku?"

Samuel mendengus sinis. "Alberto hampir setiap hari membuatkanku bekal makanan. Dia sangat cakap dan makanannya bervariasi."

Rahang Nafelly mengeras. Dia merasa kesal sendiri dengan perlombaan siapa yang paling disayangi Alberto ini. "T-tapi—"

"Tapi apa?! Kau tidak bisa mengalahkanku, bukan?"

Wajah Nafelly terlihat memerah. "Aku tinggal dengan Alberto!"

"Kami sering sekamar bersama. Aku bahkan berkali-kali tidur satu hotel dengannya."

Nafelly melotot mendengar kekalahan telak itu. Napas Nafelly yang berderu kasar karena emosi bahkan terdengar, sekarang. Nafelly segera menegapkan tubuhnya dan mulai berteriak. "ALBERTO!! AKU MENDENGAR ADA TAMAN BERMAIN YANG DISKON SATU GRATIS SATU HARI INI!!"

Samuel mengedip mendengar ucapan Nafelly. Dia mendengus sinis. "Alberto sangat irit dengan tabungannya."

"Nafelly, kau bilang ingin ponsel yang sama denganku. Aku tidak bisa membelikanmu keduanya."

I Love My President Though He Is PsychoWhere stories live. Discover now