He Is Psycho 28 : Keluarga Wilkinson

250 24 7
                                    

Keesokan harinya, Samuel dan juga Nafelly sama-sama sakit. Rasa sakit Samuel sedikit mereda setelah dia meminum obat, sementara Nafelly terserang demam parah dan harus memanggil dokter keluarga. Samuel menghela napas melihat Nafelly yang masih memejamkan matanya dan terlihat kesulitan bernapas.

"Sepertinya dia menangis semalaman dan pikirannya juga sedang tidak stabil," kata dokter keluarganya pada Felix dan Samuel.

Felly sendiri sedang duduk di tepi kasur dan merawat Nafelly dengan pandangan sedih. Ibunya itu terlalu lembut dan bahkan masih menangis melihat keadaan anak gadis yang tidak dikenalnya itu.

Felix membuang napas panjang, merasa kesal karena harus kembali merawat anak-anak di usianya yang sudah tua ini. Lebih tepatnya, Felix menghela napas karena tidak rela perhatian Felly terbagi pada orang lain selain dirinya.

"Apa saat ini dia bisa makan?" tanya Samuel pada dokter, mengkhawatirkan keadaan Nafelly yang bahkan kesulitan untuk hanya bernapas stabil saja.

"Sayangnya, tidak. Dia dalam keadaan setengah sadar dan tidak akan bisa menelan apa pun." Dokter itu menjawab sambil menggelengkan kepalanya.

"Tapi kau berkata bahwa dia hanya terserang demam!" kesal Samuel.

"Hey, jangan meremehkan demam," kata Felix, melihat kepanikan anaknya. "Kau pikir kau tidak pernah seperti dia? Kau bahkan menangis di malam hari karena kesulitan bernapas dan seluruh orang di rumah ini tidak bisa tidur."

"Benarkah?" Samuel mengernyitkan alisnya dengan heran.

"Ya. Jangan menyepelekan demam. Galaxy saat bayi saja langsung kubawa ke rumah sakit dan dokter mengatakan bahwa dia hampir mati karena demam."

Samuel menelan ludahnya dengan susah payah saat mendengar kata mati dari ayahnya. "Berhenti mengatakan hal-hal yang menyeramkan. Ini bahkan belum sehari setelah kita kehilangan Alberto."

Felix mengernyitkan alisnya dengan heran. "Aku hanya mengatakan untuk berhati-hati."

"Diam saja! Mulutmu itu sangat tajam seperti pisau!"

"Kau sangat tidak nyambung."

Felly menghela napas panjang. "Berhenti bertengkar! Kenapa kalian berdua sangat tidak akur sekali?!" kesalnya, menghapus air matanya dan mengganti kompres Nafelly.

Felix berdeham. Dia selalu merasa bahwa dirinya adalah orang luar dan tidak pernah menganggap orang lain adalah bagian dari dirinya. Jadi, Felix selalu membawa segalanya dengan santai. Dan itulah yang membuat Felly kesal. Saat bayi Galaxy demam, Felix meremehkan demam itu dan berkata bahwa Felly berlebihan dalam mengasuh. Felix berkata bahwa itu biasa bagi anak kecil. Dan saat mendengar penjelasan dokter bahwa bayi Galaxy hampir mati karena demam, Felly memusuhi Felix selama hampir sebulan. Jika hal itu terjadi lagi, Felly mungkin akan memusuhi Felix lagi.

"Kalau begitu, atur infus untuknya," kata Felix pada dokter yang berada di depannya. "Dan bawakan oksigen untuk berjaga-jaga."

Dokter tersebut mengangguk. Dia menatap Samuel. "Dan Tuan Muda, yang kau minum adalah pain killer. Saya sarankan untuk tidak banyak meminumnya dan mengatur pola serta pikiran Anda agar kembali sehat."

Samuel menganggukkan kepalanya saja. "Baiklah. Terima kasih sudah membantu."

"Dan saya turut berduka mengenai Tuan Alberto. Semoga dia beristirahat dalam damai."

Mendengar ucapan dokter itu, Samuel yang awalnya bersikap ramah dan dingin, tiba-tiba dihiasi oleh aura hitam dan menatap dokter itu dengan pandangan membunuh. "Bajingan! Apa kau mendoakan dia mati?!"

Dokter tersebut terkejut mendengar umpatan dari Samuel. "E-eh?! Bukankah dia ...?" Dokter menatap Felix yang menggelengkan kepalanya dengan wajah prihatin. Seolah menyayangkan sikap dokter yang salah berkata-kata. Dokter itu tergagap saat kembali menatap Samuel yang masih memelototinya. "M-mohon maaf, Tuan. Tapi, bahkan bagi saya yang berada di kedokteran, sangat tidak mungkin bagi seseorang yang jatuh dari lantai lima untuk—"

I Love My President Though He Is PsychoWhere stories live. Discover now