She Is Psycho 23 : Kau Bukan Paman Alberto

352 36 6
                                    

"Bagaimana jika kau dipaksa menikah sekarang?"

Samuel mengedipkan matanya berkali-kali dan menatap Alberto dengan heran. "... Apa?"

Beberapa detik, Samuel terdiam mendengarkan ucapan Alberto dan mencernanya dengan maksimal.

Saat menyadari pertanyaan Alberto dan juga wajah serius Alberto, Samuel tersentak di kursinya dan hampir melompat. "Ap-APA YANG KAU KATAKAN?!" Syoknya. "Tiba-tiba sekali."

"Lalu bagaimana jika kau hamil sekarang?"

"Pria tidak hamil dan aku belum siap menikah dan menjadi ayah, Alberto!"

Alberto tidak tertawa atau tersenyum pada pertanyaan yang dia ajukan pada Samuel. Dia terlihat merenung dan terlihat sedih saat tengah berbicara. "Saya memikirkannya sepanjang jalan setelah bertemu dengan pamanmu."

Samuel menghela napas panjang dan menggaruk hidungnya yang tidak gatal. "Apa itu?"

Alberto terdiam di tempatnya dengan waktu yang lama. "Tentang ibumu ...."

"Ada apa dengan Mom?"

"Bukan Nyonya Wilkinson. Tapi, Nafelly Christine."

"Apa?!" Samuel mengernyitkan alisnya dengan tidak suka saat Alberto mengangkat topik tersebut. "Kenapa kau memikirkan orang itu? Apa pekerjaan yang kuberikan padamu terlalu mudah hingga kau memikirkan hal yang tidak penting?"

Tidak ada rasa panik atau ketakutan dari Alberto saat Samuel mengatakan hal itu. Alberto terlihat benar-benar tenggelam dalam pikirannya. "Nafelly Christine hamil saat usianya seperti Nafelly yang berada di sini."

"Lalu?"

"Kau berkata bahwa kau tidak siap menjadi ayah."

Kali ini Samuel terdiam mendengar ucapan Alberto. Dia mulai memikirkan arah pembicaraan Alberto akan berakhir ke arah mana. Samuel berdecak dan bersidekap kesal. "Alberto, dia menyiksaku saat aku masih berada dalam kandungan. Kau tahu aku dulu memiliki penyakit jantung karena kelakuannya."

"Tapi, pada akhirnya dia melahirkanmu."

"Itu karena usaha Mom yang menghentikan kegilaannya."

"Tapi jika dia benar-benar berniat mencelakaimu, bukankah dia bisa terus mencari jalan lain?" tanya Alberto kemudian, membuat Samuel tersentak dan terdiam sejenak. "Semua orang membencinya, bahkan dia juga membenci dirinya sendiri. Tapi, pada akhirnya yang orang-orang lakukan adalah menutup mata. 'Karena terlanjur membenci, jadi buang simpati. Karena terlanjur membenci, jadi buang dia dari ingatanmu'."

Alberto terdiam sejenak sebelum melanjutkan. "Menurut saya, yang kalian lakukan hanya menutup mata karena terlanjur membenci. Padahal, jika dilihat dari masa lalunya, Nafelly Christine lahir dari keluarga yang kacau. Dia putus sekolah. Satu-satunya yang bisa dia jual adalah tubuhnya, namun kemudian kau hadir. Bagaimana jika yang dia benci bukanlah dirimu, namun nasibnya yang membuatnya berpikir bahwa dia mungkin tidak dapat membahagiakanmu?"

Samuel mengerutkan keningnya dalam-dalam dan mengepalkan tangannya saat mendengar ucapan Alberto. Dia menelan ludahnya susah payah saat mendengar kalimat terakhir Alberto. "Dia pernah ... mencoba membunuhku."

Alberto mengedip. Kali ini, sedikit senyum hadir di wajahnya. Namun, bukan senyum biasanya. Senyum itu mengandung kesedihan dan simpati. "Saya ... dibuang."

Napas Samuel gemetar saat mendengar ucapan Alberto. Samuel sempat lupa dengan Alberto yang sebatang kara.

"Saya tidak bisa membenarkan tindakan saya sekarang karena saya juga mulai memperhatikan Nafelly Christine ketika seorang gadis dengan nama yang sama muncul. Saya dulu tidak peduli dengan nama itu. Tapi Tuan, kau ... tidak dibuang."

I Love My President Though He Is PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang