1

1K 179 54
                                    

👑 🦊 👑

👑 🦊 👑

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🍁🍁🍁

Kim Seok Jin pulang ke rumah dengan perasaan tidak baik, bisa-bisanya Jiyeon terus-terusan mengusik padahal dia telah melepaskannya. Ini bukan masalah Seokjin terpengaruh oleh pernyataan Jiyeon atas perasaan yang dia punya, tetapi dia kesal karena kesan mendikte dari mantan istrinya itu. Dia sudah mengambil keputusan untuk melanjutkan hidup, dia sudah melakukan segala hal seperti yang Jiyeon inginkan.

Jiyeon ingin bercerai, ya, dia menceraikannya. Jiyeon ingin tidak ada perdebatan masalah hak asuh Reeya, ya, dia pun mengabulkannya. Seokjin menurunkan egonya dan meminta pengacara membatalkan tuntutan hak asuh jatuh penuh kepadanya, karena untuk orang seperti Seokjin, bukan masalah besar jika dia ingin Reeya di bawah pengawasannya.

Namun, Jiyeon tetap saja mencari masalah dengannya. Jika Seokjin tidak ingat Jiyeon adalah ibu dari putrinya, maka dia akan mempermalukan Jiyeon sampai di titik paling rendah. Dia mencintai Jiyeon, ya, dia tahu itu dan tidak menyesalinya, tapi yang dia sesalkan kenapa harus menunggu sampai tujuh tahun padahal sejak awal dia sudah tahu jawaban akhirnya.

Kim Seok Jin punya prinsip hidup yang selama ini tidak pernah dia langgar, dia tidak akan berhubungan dengan wanita mana pun selama terikat pernikahan. Tapi malam itu, setelah dia tahu Jiyeon mengirim Sera dengan alasan paling menyakitinya, Seokjin mengabaikan prinsipnya dan melakukannya tanpa rasa sesal.

Pada malam itu dia menyadari yang dilakukannya selama tujuh tahun terakhir adalah hal paling sia-sia, tanpa sadar dia telah membuang satu per satu kenangan selama tujuh tahun itu paska tragedi di Beijing dan mulai merelakan cintanya tidak bersambut.

Atau mungkin, memang sudah lama rasa itu pudar seiring waktu, lelah karena tidak pernah terbalas, tetapi Seokjin membohongi dirinya sendiri dan tetap bertahan. Merujuk pada sifat manusia yang senang membohongi diri sendiri, bersikukuh menggantungkan harapan, meski tahu kalau asa itu tidak pernah ada.

Seokjin masuk ke kamarnya dan tidak menemukan Sera. Saat Jiyeon menelepon dia tengah membawa Sera dan Reeya makan malam di restauran dengan kolam angsa, masih di area hotel Parkheur Paradise. Seokjin baru tahu Sera suka melihat angsa, jadi dia membawanya ke sana.

"Sera, aku harus mengantarkan Reeya pulang," kata Seokjin, mengambil Reeya yang sudah ketiduran dari pangkuan Sera.

Awalnya dia ingin mengajak Sera, tapi gadis itu terlihat sangat lelah. Jadi dia meminta Jimin mengantar Sera pulang, sementara dia mengantarkan Reeya kembali ke Jiyeon.

Sekarang sudah jam sebelas lewat dua belas menit, tidak mungkin Sera keluar rumah selarut ini. Jimin mengatakan mereka sampai sejak pukul setengah sebelas, Sera bahkan tertidur di mobil, jadi bisa dipastikan gadis itu tidak akan keluar rumah lagi.

Seokjin mengecek kamar mandi, walk in closet, juga dapur. Nihil, Sera tetap tidak tampak. Kemudian dia baru ingat dan menertawakan dirinya sendiri, melangkah cepat-cepat menuju kamar Sera di ujung lorong lantai dua. Ya, gadis itu tidur di kamarnya sendiri, pakai piyama alpaca favoritnya dan sudah mandi. Wajah Sera tampak pucat, bergulung dalam selimut yang menutupi sampai bahu.

Tuan Kim dan Sang PelacurWhere stories live. Discover now