8

740 176 57
                                    

👑 🦊 👑

👑 🦊 👑

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🍁🍁🍁

"Jiyeon, Seokjin sudah sadar."

Kalimat Damhee membuat Jiyeon bergegas mengikuti ke ruang perawatan, tetapi dokter meminta waktu untuk memeriksa keadaan pasien paska koma. Setelah menunggu selama tujuh jam, barulah Jiyeon dan Damhee diperbolehkan masuk.

Dokter Lee menyatakan keadaan Seokjin terhitung baik; organ tubuh bagian dalam bekerja baik, tidak ada efek tambahan dari yang sudah diketahui sebelumnya. Dokter menyatakan fisik Seokjin sangat kuat; sewaktu terjatuh dari tangga Seokjin tidak langsung pingsan, dia masih sadar dan bisa bicara. Setelah sadar dari koma; detak jantung Seokjin normal, dia bahkan sudah tidak membutuhkan alat bantu pernapasan.

"Setelah ini, Seokjin akan menjalani terapi jalan, wicara, dan pemulihan paska operasi bahu dan tulang belakang," jelas Dokter Lee dengan senang, takjub melihat kondisi Seokjin yang sangat baik.

"Nyonya Shin, saya butuh bicara secara pribadi untuk perihal pengobatan." Dokter Lee meminta Damhee ke ruangannya, untuk membicarakan keadaan Seokjin lebih detail.

"Ibu, tidak mengabari Sera?" tanya Jiyeon, agak bingung sebab Damhee tidak mengabari siapa pun semenjak tadi.

"Akan kuurus nanti," jawab Damhee. "Tolong temani Seokjin, aku perlu ke ruang dokter."

"Nyonya Shin, dia—?" dokter Lee melirik Jiyeon, ragu meninggalkan Seokjin dengan Jiyeon.

"Dia—" Damhee menatap Jiyeon untuk dua detik, "—dia keluarga." Damhee keluar tanpa melihat ekspresi Jiyeon yang termangu di muka pintu.

Jiyeon mencerna situasi dengan cepat, bahwa, Damhee hanya ingin dokter percaya padanya meski masih ada dua perawat yang berjaga dalam ruangan. Dia mendekati ranjang Seokjin pelan-pelan, kelegaan tanpa kebohongan menjalari dirinya, air mata bahkan menetes di pipi sangking senangnya.

Seokjin duduk bersandar di ranjang, tampak pucat dan lemah. Para perawat memintanya berbaring tapi dia menolak, Seokjin merasa seluruh tulangnya lunglai dan punggungnya nyeri. Dia berusaha sekuat tenaga menggerakkan jari-jarinya meski rasanya sangat sulit, manik matanya bergerak dan menemukan Jiyeon di sebelahnya.

"Seokjin, kau masih sangat lemah, berbaringlah." Jiyeon mencoba membantu perawat membujuk Seokjin, melihat kondisi Seokjin yang bahkan tidak bisa duduk tegap membuat Jiyeon khawatir.

Meski sudah tahu tentang kondisi Seokjin paska stroke, tetapi melihat bagaimana Seokjin berusaha keras menggerakkan mulutnya untuk bicara membuat hati Jiyeon jadi ngilu.

"Seokjin, tolong jangan memaksa dirimu terlalu keras." Jiyeon menyentuh punggung tangan Seokjin yang dingin. "Kau pasti sembuh, tapi tolong bersabarlah."

Air mata Jiyeon jatuh lagi begitu mereka bersitatap, tidak tahan melihat Seokjin yang terus berusaha melafalkan satu nama.

"Sera—?" tebak Jiyeon, dan barulah Seokjin berhenti menegangkan otot-otot rahangnya. "Dia—dia sedang di perjalanan, sebentar lagi sampai."

Tuan Kim dan Sang PelacurWhere stories live. Discover now