9

1K 179 140
                                    

👑 🦊 👑

👑 🦊 👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

"Dengar Jiyeon, ini terakhir kalinya aku membiarkanmu mengusiknya," kata Seokjin, di seberang sambungan telepon.

"Apa maksudmu—?" jawab Jiyeon, sebelum dia sempat merangkai kalimat balasan, suara berat Seokjin yang teramat rendah menguar di rungunya, dingin, meremangkan bulu-bulu di tangannya.

"Jika sekali lagi kau berani menyakiti istriku, maka aku akan mengambil hak asuk Reeya secara penuh dan jangan harap kau bisa melihatnya lagi. Kau paham?!"

"A-apa?—Seokjin, tidak—Seokjin!"

Panggilan itu diputus sepihak, Jiyeon mengeram marah setelah paham dengan yang Seokjin maksud. Sial—batinnya, lupa kalau Sera bukan perempuan lembut yang akan menyimpan sendiri kenyataan pahit, bukan jenis orang yang repot-repot memikirkan perasaan orang lain selain dirinya sendiri dan tidak bisa diancam dengan mudah.

Tentu saja, Sera pasti akan memberi tahu Seokjin tentang apa yang mereka bicarakan di telepon—batin Jiyeon, mengendus kesal.

Ponsel Jiyeon kembali berdering, dia sempat menduga itu Seokjin tapi nama sang ayah tertera di layar dan membuatnya semakin jengkel.

"Sudah berhasil mengusir pelacur itu dari Seokjin?"

"Aku sedang berusaha—"

"Berengsek!" maki Ilwoo di seberang. "Pemilihan ketua tinggal 10 hari, kita harus mengusir pelacur itu agar orang-orang yang takut pada Seokjin jadi berbalik menyerang. Mereka akan memilih Seokjin selama gadis itu masih mendampingi Seokjin, kau mengerti, Jiyeon?"

Jiyeon tidak berkata apa-apa, pikirannya masih berputar-putar mengenai fakta; Seokjin mengancamnya hanya demi pelacur, apa Sera benar-benar telah membuat Seokjin jatuh?

"Apa gunanya pendidikan psikologmu kalau kau tidak bisa membunuh psikis pelacur itu, dia harus pergi dari Seokjin secepatnya atas kemauannya sendiri. Dengan begitu, kita bisa cuci tangan, bagusnya lagi, jika Seokjin benar-benar jatuh hati pada si pelacur, kepergian gadis itu otomatis akan menyakiti Seokjin.

"Sekali pukul, kita bisa menyingkirkan dua nyamuk sekaligus."

Jiyeon bergeming, jari-jarinya menggenggam pinggiran ranjang kuat-kuat.

"Jiyeon, kau tahu siapa yang menjebak Taehyung?" Ilwoo tiba-tiba mengalihkan pembicaran

"Aku tidak tahu," jawab Jiyeon terus terang, dia mengamati kasus Taehyung tapi sama sekali tidak punya daftar nama dalang dibaliknya. Dia tidak tahu siapa saja musuh Seokjin, selama ini dia tidak pernah memperdulikannya.

"Tidak masalah, Taehyung tidak berguna. Justru bagus, aku dengar komisaris berpikir ulang untuk memberikan suara pada Seokjin dan presiden Jeon Jeha juga tengah diperiksa."

Tuan Kim dan Sang PelacurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang