2

990 172 54
                                    

👑 🦊 👑

👑 🦊 👑

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🍁🍁🍁

Seminggu berlalu dari hari pernikahan Seokjin dengan Sera, selama itu pula Sera bersikap wajar seperti biasa. Tidak menyusahkan, hanya sedikit membuat Seokjin sakit kepala karena terlalu berisik dan banyak tingkah.

Seperti tadi pagi, saat Seokjin sedang bersiap-siap di kamar, Sera tiba-tiba muncul begitu saja di depannya bersama pekikan heboh dan semangat yang dirasanya terlalu berlebih. Sepintas, Seraphina seperti hendak pergi berperang.

"Tuan Kim, tunggu!"

Seokjin nyaris mengeluh, dia yang tidak suka suara melengking harus menghela napas panjang-panjang agar tidak kesal.

"Biar aku yang pasang dasinya," kata Sera, mengambil alih dasi dari tangan Seokjin tapi ditolak dengan halus.

"Aku biasa melakukannya sendiri."

Selama ini Seokjin selalu menyiapkan dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain, dulu, Jiyeon hanya sesekali memilihkan pakaian atas permintaannya atau membantunya berkemas bila dia akan berangkat ke luar negeri. Selebihnya dia dan Jiyeon hidup sendiri-sendiri, kecuali masalah Reeya, keduanya baru akan duduk bersama selayak orangtua yang harmonis.

"Kenapa di novel yang aku baca, istri yang memasangkan dasi suaminya?" tanya Sera lebih kepada dirinya sendiri. "Kalau sudah selesai, suaminya akan mencium kening dan berterima kasih, duh, manis—"

Kalimat Sera berjeda, tahu Seokjin sudah mencium keningnya. Manik bening Sera berkedip lebih sering guna mencerna adegan tidak terduga barusan, agak terkejut, padahal Seokjin sudah terlalu sering menciumnya semenjak mereka menikah.

"Apa lagi yang harus kulakukan?" 

Pertanyaan Seokjin menyadarkan Sera, dia kembali mengerjap dua kali lalu cemberut.

"Tuan, ciumnya nanti, dasinya 'kan belum selesai dipasang."

"Oh." Seokjin mundur setengah langkah, memandangi Sera yang kini sibuk memasang dasi di kerah kemejanya.

Seokjin jadi ingat dengan almarhum orangtuanya, saat ibunya masih sehat, Seokjin sering melihat ibunya memasangkan dasi sang ayah. Ayahnya mencium ibunya dan memberikan pelukan sampai ibunya tertawa, mengingat itu Seokjin selalu iri, betapa beruntungnya sang ayah yang dicintai ibunya sepenuh hati.

Sementara dia? Jiyeon tidak mencintainya dan sekarang Sera pun demikian. Dia tahu kalau gadis itu tidak mengizinkan dirinya untuk itu, Seraphina hanya menyelesaikan kontrak, tidak lebih. Miris... sejak kecil Seokjin bisa mendapatkan apa pun yang dia inginkan semudah membalikkan tangan, tapi sayangnya itu tidak berlaku untuk urusan perasaan.

Perkara Jiyeon, Seokjin harus jungkir balik menabur renjana, mematikan rasa benci karena ditipu sejak awal, menulikan diri dan bersikap baik-baik saja, hanya demi memperjuangkan cintanya. Dari awal dia sadar telah menyakiti dirinya sendiri dan akhirnya dia tetap gagal.

Tuan Kim dan Sang PelacurWhere stories live. Discover now