Bab 1. Berakhir!

1.2K 181 84
                                    

Keira.

"Maaf tadi mengganggu," Aku berkata sedih setelah gadis asing yang sempat bercumbu panas bersama Natan diusir secara tidak manusiawi oleh lelaki yang sama yang bukan lain adalah kekasihku, Natan.

Begitu gadis asing itu pergi keadaan canggung dan gelap seketika mendominasi.

Natan kelihatan hilangan akal, tatapannya kosong. Dia terpaku di tempat. Mungkin dan tentu saja sedang merenungi kesalahannya.

Aku menunduk sambil menutup wajah menggunakan kedua tangan. Aku berada dalam fase ketidak percayaan. Beberapa saat lalu Natan ...... Dia hampir melakukan hal yang tidak perna aku bayangkan. Hal yang kupikir akan dilakukan setelah respesi pernikahan terjadi. Nyatanya dia hampir melakukannya dan itu bukan denganku melainkan wanita lain.

Aku mendongak sambil tersenyum bodoh. Aku belum sepenuhnya mempercayaai semua yang kulihat.

Natan masih di sana, berdiri dan menatap sedih padaku. Seketika senyumanku hilang digantikan kesedihan. Melihat ke arah di mana sumber rasa sakitku dibangun, tubuhku seolah mati rasa. Dari ujung kaki hingga kepala tubuhku berdesir dingin dan bergetar.

Aku tidak mengerti dengan apa yang dipikirkan Natan. Jauh lebih tidak kumengerti adalah pikiran bodohku. Mengapa aku diam saja setelah melihat hal menjijikan di depan mataku? Natan berselingkuh; berciuman bahkan hampir berbuat jauh jika aku tetap berdiam diri di tempat.

Aku melihatnya. Bagaimana Natan membelai setiap jengkal tubuh wanita itu? Bagaimana Natan mengorek dan mengelurakan sisi tersembunyi dari seorang wanita? Bagaimana wanita itu mendesahkan nama Natan? Semuanya ..... Ketika sekelebat bayangan itu menguasai isi kepala, hatiku sakit. Aku terluka tanpa dipukul. Aku berdarah-darah dengan sakitku. Ini sungguh diluar dugaan dan secara praktis membunuhku.

"Aku datang di waktu yang tidak tepat." Aku berkata sedih dan seulas senyuman kembali terbit. Mata kami bertemu. Natan menatap sayu penuh bersalah. Sementara aku kehilangan kendali diri dan semua sistem kerja otak. Untuk sesaat aku memejamkan mata, meresapi semua rasa sakit yang terbentuk. Sesak di dada dan sakit.

"Sayang. Keira," Natan berkata dalam kepanikan, berjalan tergesa ke arahku. Begitu panik Natan bahkan tidak memperdulikan tubuh setengah telanjangnya terekspos.

Aku tersenyum luka sambil menggelengkan kepala tak percaya. Aku berdiri bagai boneka hidup tanpa fungsi otak yang bekerja.

Ini bukan mimpi! Aku berada dalam kenyataan pahit yang membuatku berharap bahwa ini adalah sebuah mimpi mengerikan. Hari-hari indah yang kami jalani selama tiga tahun digantikan dengan hari neraka dalam sehari. Mampukah aku menjalani siksaan rutin ketika Natan kembali melukaiku? Tidak! Kali ini siksaan yang Natan berikan tidak sembunyi-sembunyi. Aku melihatnya secara jelas. Mungkin, ketika aku tidak melihatnya secara langsung seperti hari-hari sebelumnya tentu saja aku bisa menerima pembelaan Natan. Akan tetapi, tidak untuk hari ini. Aku cukup mengerti dan tahu harus mengambil langkah dalam minyikap perbuatan Natan.

Sial ..... Padahal hubungan kami sebelumnya aman; baik-baik saja. Tapi, kenapa harus berakhir semenyakitkan ini?

"Ada sesuatu yang inginku ambil. Itu penting," Aku berkata tenang dan dengan sebuah senyuman. Lagi-lagi aku seperti orang kesurupan yang memiliki hobby tersenyum. Faktanya itu adalah topeng yang sedang menyembunyikan lukaku. Aku terlihat seperti orang linglung dan melewati Natan lalu mengambil asal benda pada laci meja sebagai ganti alasanku.

Hatiku berdesir sakit. Air mata tanpa permisi membasahi wajah.

"Maaf. Aku salah." Natan memelukku dari belakang. Dia ketakutan. Tubuhnya bahkan sampai bergetar.

Sementara aku kalang kabut. Dengan begitu aku memejamkan mata sejenak, merasakan dadaku yang kesakitan. Ini begitu sakit. Ada tusukan di mana-mana. Jauh lebih sakit lagi ketika kami dalam posisi ini; Menyatuh dengan hati yang bersebrangan. Itu jauh lebih menyakitkan!

WISHES [END]Where stories live. Discover now