Bab 12. Ganti strategi!

91 0 0
                                    

Natan

Akhirnya aku sadar, ternyata selama ini strategiku sedikit meleset. Hanya dengan mengonsumsi alkohol, berkeliaran di malam hari. Bukanlah sebuah rencana yang
bisa membawaku pada kebahagiaan. Justru hal itu, hanya akan menghancurkan hidup.

Malam itu Keira menyederhanakan segalahnya. Ya, dia benar. Apa yang aku dapatkan dengan melakukan semua ini? Ucapannya membuatku lebih berpikir jernih pada hal aku sementara dipengaruhi alkohol.

Strategi. Ya, aku harus memiliki sebuah rencana; baik itu jangka pendek mapupun jangaka panjang jika ingin Keira tetap berada disampingku.

"Saya akan kekamar sebentar." Bilang Ridwan sambil berdiri.

Pagi ini Keira bertingkah layaknya seorang istri yang baik; dimana dia harus mengurus suami dengan segalah cinta. Dan sialnya disitu. Aku benci setiap kali melihat kemesraan mereka. Tidak Mama__Papa. Tidak Keira__Ridwan. Disini seperti ajang perlombaan Suami-istri terbaik. Aku jengkel. Sangat.

"Aku ikut." Sahut Keira, ikut-ikutan berdiri.

Mata Ridwan dan Keira saling menatap penuh makna. Aku memindai mereka penuh kehati-hatian.

Sial....ini tidak boleh terjadi.

Mereka mungkin ingin mesra-mesraan didalam sana. Tidak baik laki-laki dan perempuan sendirian dikamar. Tentu didalam sana hanya akan ada setan yang menemani. Walau alasan ini terdengar klise. Dulu bahkan kami perna tinggal tiga tahun dalam satu atap yang sama tapi kami tak perna melakukan hal yang sekarang aku takutkan.

Ridwan punya jiwa buaya.

Sialan......

Keira melingkarkan tangan pada lengan Ridwan dan mereka berjalan beriringan kearah kamar tanpa repot-repot memperdulikan aku yang sudah terbakar jenggot.

Aku melirik lalu beranjak dari kursi untuk memantau mereka. Aku tidak memperdulikan Televisi yang sedang menyala. Lagi pula aku memang berpura-pura duduk didepan Tv dan menonton siaran. Aslinya aku sedang memata-matai mereka.

Begitu Ridwan dan Keira masuk kekamar. Aku mendekat dan memasang telinga pada pintu yang dikunci.

Aku tidak mendengarkan apa-apa.

Sialan....apa yang mereka lakukan didalam sana?

Hatiku tiba-tiba tak tenang dan tak enak.

Ini sialan.....aku benci dihadapkan dengan kerumitan hati seperti ini.

"Buka bajumu." Terdengar suara Keira. Terkesan agresif. Dan aku terbelalak.

Sialan....Hatiku menjadi lebih tidak tenang.

Ini gawat.

Aku mulai gelisah dan panik. Rasa-rasanya kakiku mulai gatal untuk menandang sesuatu. Mungkin pintu ini cocok untuk ditendang.

"Buka bajunya. Cepat, Ri." Pinta Keira. Tergesa-gesa.

Napasku tercekat.

Sialan setan.....sejak kapan Keira naik pangkat menjadi seagresif ini?

"Apa yang kau lakukan?" Mama berbisik, mengendap-ngendap sama halnya yang sedang aku lakukan.

Aku melonjak kaget."Shitt.....Oh, Tuhan Mama." Kataku mengelus dada.

Mama menatap bingung namun masih sempat-sempatnya tersenyum jail. Aku tahu Mama tahu apa niatku.

"Sitt diam, Ma." Aku menginstruksi sewaktu Mama hendak berbicara. Otomatis Mama diam.

"Memangnya ada apa?" Bisik Mama.

Aku manarik napas susah."Pokoknya Mama diam aja." Bilangku kembali menempelkan telinga pada pintu.

WISHES [END]Where stories live. Discover now