Bab 13. Defenisi sakit perlahan-lahan!

78 2 0
                                    

Natan

Keesokan harinya.

Mata Ridwan bergerak kearahku saat aku sedang berpura-pura mengotak-atik motor. Oke. Ini termasuk bagian dari rencanaku. Lagi-lagi kerjaanku hanya begini. Membuntuti dan memisahkan mereka.

Ridwan tiba-tiba tersenyum."Sini." Bilangnya memanggilku.

Aku sedikit kikuk, tapi aku mengikuti instruksinya. "Ada apa?" Tanyaku, yang sudah berdiri di tengah-tengah mereka.

"Mendekat." Bilangnya. Dan aku mengikuti perintahnya.

Cup.

Tanpa diduga-duga dia mengecup pipiku dan terkekeh."Sudahkan? Capermu kelewatan." Ridwan lagi-lagi terkekeh. Dan aku terperanjat. Rahang bawahku hampir jatuh akibat ulahnya.

Aku tidak mengharapkan kecupan Ridwan. Tapi sudahlah dia sudah terlanjur mengecup pipiku.

"Sebagai ganti kecupan itu. Tolong antarkan Keira ke Kampus."

Aku melirik kearah Keira yang secara terang-terangan menolak secara halus dengan gelengan kepala.

Syukurlah. Ini yang aku harapkan, berduaan dengan Keira.

Masa cuti Keira telah berakhir, artinya aku memiliki setidaknya 99,9% peluang mendekati Keira.

"Ayolah, Wan. Kan ada ojek. Bus. Sama taksi." Protesku, sengaja menolak. Pada hal dalam hati aku sangat-sangat amat berharap Kei ikut bersamaku.

Aku menatap antisipasi. Ridwan tampak menimang. Asli setan....kalau berani Ridwan menerima perkataanku lalu menyuruh Keira menggunakan kendaraan umum.

"Kaliankan satu arah. Sekalian sama-sama." Katanya kemudian. Dan aku menarik napas lega.

Nah itu yang aku mau.

"Ya, udah deh. Keira sama aku." Aku mengalah. Sepertinya sudah cukup aku berprotes. Jangan sampai Ridwan berubah pikiran. Setankan itu namanya.

"Aku numpang Bus aja. Lagi pula aku mau singgah ke Kosan. Ada barang yang harus aku ambil."

Aku menatap sengit kearah Keira. Setan...Pocong. Kuntilanak.....Dasar kepala batu. Awas saja kalau sampai Ridwan mau mendengarkan perkataan Keira.

"Udah jangan sungkan. Aku tidak masalah boncengin kamu." Bilangku, dan berharap Ridwan sepemikiran denganku.

"Natan bakal antar kamu sampai tempat tujuan, oke? Jangan ada bantahan." Timpal Ridwan dengan titahan. Artinya jangan ada lagi bantahan.

Yes.....

Aku tersenyum puas. Lain dari Keira, dia cemberut.

"Aku pergi."

Aku membuang pandangan sewaktu Ridwan menjatuhkan kecupan kekening Keira.

Kenapa itu bisa semenyakitkan ini? Melihat gadis yang aku cintai dikecup, dadaku berdetak sakit.

Berbalik badan Ridwan akhirnya pergi menggunakan mobilnya.

Aku menoleh bersama kumpulan luka dalam lubuk hati. Bertepatan dengan itu mata Keira sadang terarah padaku. Mata kamu bertemu dan menatap cukup lama. Ada perasaan asing yang terpancar dan kami seperti dua orang asing dalam satu kurun waktu.

"Kalian akan pergi?" Tanya Mama yang datang dari dalam, memecah keheningan.

Aku menjawab Mama dengan senyuman kecut dipadu sebuah anggukan.

"Jangan kebut-kebutan dijalan, Tan." Bilang Mama sambil tersenyum.

"Mama masuk lagi. Kalian yang hati-hati." Tambah Mama. Setelah mengatakan hal itu Mama berbalik badan dan kembali masuk.

WISHES [END]Where stories live. Discover now