Bab 25. Terkurung!

94 1 0
                                    

Keira

Rutinitasku semakin padat. Aku harus bagun pagi; kira-kira pukul 04:00 untuk menyiapkan sarapan untuk kami. Ups...ralat. Maksudku untuk aku dan sang penyewa. Diawal aku sudah berjanji untuk melayani penyewa dengan baik; baik itu menyangkut makanan, minuman dan kebutuhan lain. Andai orang lain aku akan melakukan segalah hal dengan tulus tapi jika untuk lelaki yang satu ini sepertinya aku tidak bisa tulus....

Selama satu minggu terakhir dia banyak komplein. Bilangnya toilet kurang terawat, dapur berantakan, ruangan tamu dan beberapa ruangan lainya masih berdebu, barang-barangnya dicuci kurang bersih, sayuran kelebihan garam, kerjaku kurang becus......Dan masih ada banyak lagi pengeluhannya.

Kadang-kadang aku heran. Mana ada coba perjuangannya untukku? Justru aku yang seakan-akan berjuang mati-matian untuk mengurusnya. Setidaknya dia membebaskan aku dengan embel-emebl perjuangan dan setan lainnya...Sialan.....Bukannya membuat ku tambah cinta. Malah ini tambah membuatku kesal dan makan hati. Natan sangat menyebalkan. Aku sudah seperti pembantu rumahan.

Dan beberapa saat lalu dia masih sampat-sempatnya mengerjaiku. Saat dimana aku mati-matian membersihkan disisi lain, dia malah mengotorinya disisi lain....Uhh
ini membuatku darah tinggi.

"Kei."

Sialan...jangan panggil aku dengan sebutan itu.

Aku menoleh. Berpikir sesaat dan setelahnya aku tersenyum.

Sial...lama-lama aku jadi ratu drama.

Lagi-lagi aku harus berpura-pura baik. Aslinya aku sedang diambang panas-panasnya untuk menerkam seseorang. Barangkali Natan cocok. Dia memang setan.

"Iya." Kataku dengan kelembutan maksimal.

Setan...beginilah jadinya jika tidak membaca setiap butiran perjanjian. Gara-gara mendapati nominal uang dalam jumah besar didepan mata konsentrasiku tiba-tiba buyar. Sekarang aku harus hidup dalam kepura-puraan.

Arghh...sialan aku harus membaca dengan seksama setiap butiran perjanjian itu. Salah-salah aku yang banyak rugi.

"Sini." Bilangnya dan aku bergerak kearahnya sambil membawa setumpuk pakaian yang menggungung pada sebuah keranjang besar untuk dijemur.

Senyum Kei....Senyum....Ini cuma senyum loh. Cuma senyum. Ayo...kamu bisa....Ini demi kebaikanmu dan rumah tercinta. Dalam isi kepala selalu berputar-putar sebuah butiran dalam perjanjan yang menurutku menjengkelkan: Apabila pemilik rumah tidak melayani penyewa dengan baik maka kontrak dinyatakan batal dan sebagai gantinya pemilik rumah harus menganti rugi 10 kali lipat.

Setankan isi kontraknya?

"Iya. Ada yang bisa dibantu?" Kataku kemudian sambil tersenyum lebar.

Aku berharap. Sekalian saja luluskan aku menjadi seorang suci yang berbaik hati.

Bukankah aku kelebih baik?

Oh....Sialan, mati saja kau bajingan...Aku ingin meloloskan beberapa kata itu dari mulutku namun selalu ditahan-tahan. Mungkin sekarang belum saatnya. Ya, belum. Mungkin sampai kucing beranak tikus? Ah.....Sialan JONATAN ADITIA WIJAYA SETAN.

"Bisa tolong ambilkan air?" Katanya, yang saat itu duduk membaca koran tanpa mau repot-repot menoleh padaku.

Aku mengernyit jengkel. Meski begitu aku berusaha tersenyum. Dan ini adalah hasil dari senyuman paksaan....

Menarik napas panjang, aku meletakan keranjang pakaian pada meja kemudian mengambil air sesuai permintaannya.

Aku menatap jengkel sewaktu Natan sama sekali tidak melihat kearahku.

WISHES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang