Bab 17. Pelarian yang manis!

113 3 0
                                    

Keira.

8 tahun kemudian.

Tidak ada seorang pun di bumi ini yang tahu bagaimana jalan hidupnya. Bagaimana hari esok dan bagaimana pula hari besok. Mereka hanya bisa menjalaninya penuh was-was,
berharap akan selalu ditemani hal baik. Akan tetapi tidak semua hal dapat di nyatakan baik. Kadang kalanya ada hal buruk. Mereka seperti sepasang Merpati yang selalu terbang berdampingan.

2022. Tidak disangka 8 tahun telah berlalu. Ini jauh dari ekspektasi. Aku bisa melewati setiap hari nerakah dengan baik dan berujung pada dunia kemerdekaan yang tidak perna di duga-duga. Setiap hal yang aku lalui selalu melampaui batasan dan aku menikmati setiap perubahan itu.

Saat ini hidupku terasa jauh lebih hidup dan dapat dibilang lebih manusiawi. Aku suka hidupku yang sekarang. Aku bukan lagi Keira yang dulu. Keira yang naif dan bodoh. Aku yang sekarang berbanding terbalik. Bisa bayangkan bukan melalui kalimat itu, berbanding terbalik?

Dan dalam masa pencarian jatih diri. Aku menemukan banyak hal yang memang jarang aku ketahui; Baik itu mengenai diriku maupun tentang dunia luar yang memang tidak perna-ku lihat lebih jauh. 3 tahun lalu aku memulai karir dibawah naungan perusahaan cabang J. W Corporation dan selama itu pula aku terobsesi dan berambisi pada satu hal yang mana akhirnya tercapai. Kenaikan jabatan.

Yap, baru-baru ini aku dimutasi dari kantor cabang J. W Corporation ke induk perusahaan. Ada beberapa kemungkinan seseorang dimutasi. Pertama karena biasanya seseorang mendapat sanksi. Kedua karena mengisi kekosongan posisi. Ketiga. Karena kenaikan jabatan. Dan ya, aku jatuh pada pilihan ketiga. Aku diangkat menjadi manajer pemasaran. Dan untuk mencapai hal itu aku berjuang mati-matian. Namun pada akhirnya aku berhasil. Aku sangat amat senang atas pencapaianku. 3 tahun bekerja dibawah perusahan J. W Corporation akhirnya terbayar.

Dan kesenanganku kian berlanjut sewaktu seorang pengusahan muda mengajak bertunangan. Menolak? Itu keliruh namanya. Kenzo ibarat bonus tambahan sewaktu gajian. Dan ya, aku menerima ajakan itu. Tapi, ayolah. Itu hanya sekedar tunangan. Tidak ada yang perlu di takutkan karena hubungan yang terjalin tidak ada cinta didalamnya. Cintaku telah mati. Dan aku lebih nyaman dengan kebebasan. Dia memang tunanganku tapi bukan cintaku. Tepatnya dia adalah pelarian. Aku sudah tidak mengenal cinta. Dadaku tidak perna berdetak untuk hal itu. Namun Kenzo dibuat pengecualian. Dia berhasil mendebarkan hatiku melalui pundi-pundi kekayaannya. Bukan berarti aku matre, namun siapa saja ingin hidupnya terjamin, bukan? Dan ya Kenzo adalah lelaki baik yang bisa menjamin kelangsungan hidupku. Itulah mengapa aku mau repot-repot menerima Kenzo sebagai tunangan.

"Semalam aku melihat tuanganmu berpesta dengan wanita sepanjang malam."

Nasya menjeda merias wajah dan menatapku melalui pantulan cermin.

Aku berpaling kearahnya sambil membersihkan tangan dengan tissue. Aku tersenyum santai saat mata kami bertemu. "Sayang ayolah, setiap orang butuh kebebasan. Jangan membuatku tampak seperti wanita pengontrol." Kataku acuh tak acuh. Nasya mendengus mengawali kalimatnya. "Tapi dia tunanganmu dan kamu berhak untuk itu." Dan dia berkata sewot.

"Lalu apa yang harus aku lakukan?" Ujarku dengan ketenangan maksimal.

Nasya menatap cango. "Kamu sama sekali nggak marah?" Dia berkata heran.

Aku mengedik bahu acuh. "Untuk apa?"

"Waaa. Kamu bajingan, sayang. Bilang aja kamu menginginkan kebebasan dengan mengesampingkan ikatan pertunanganan, bukan?"

"Yap. Tepat sekali. Aku ingin bebas sebelum ada ikatan pasti. Selagi masih sebatas tunangan apa boleh buat? Mari bersenang-senang." Dan setelah mengatakan hal itu aku menggaris bibir menggunakan lisptik untuk mempercantik diri.

WISHES [END]Where stories live. Discover now