Bab 6. Kesal tapi bikin nyaman!

265 111 24
                                    

Keira

"Selain jadi Dokter apa profesi lain kamu adalah membuntutiku?" Aku menghentikan langkah ketika Ridwan terus mengikutiku dari belakang. Aku memicingkan mata dengan pancaran kekesalan.

"Nah itu tahu." Dia tersenyum tak bersalah.

Aku mendengkus marah. "Kamu kok makin ngesalin?"

"Baru tahu?" Dia menaiki sebelah alis. Terkesan masa bodoh dengan kekesalanku.

"Ho'o." Sinisku kembali memacuh langkah. Kali ini aku mengambil langkah lebar yang menyerupai berlari.

"Malu tahu dilihatin orang. Kayak bocah yang suka lari-larian." Sindirinya yang mana telah menyemakan langkah.

Aku kembali berhenti dan menoleh marah."Siapa coba yang bikin aku kayak bocoh? Ya, kamu! Seandainya kamu tidak buntutin aku mana mau aku kayak gini." Kesalku.

"Ini pendekatan saya, Keira Maria Aurelia. Biar kamu nyaman sama saya."

Aku merotasikan mata."Mana ada aku nyaman kalau pendekatan kamu kayak psikopat yang suka buntutin mangsa." Aku berkata marah. Sumpah, dia menjengkelkan.

"What? Psikopat?" Dia berkata terkejut dan aku memutar bola mata kesal. "Hu'um. Kenapa tidak suka dbilang begitu?" Sinisku.

Dia mengembangkan senyuman."Tiba-tiba saya kepikiran mau nyulik kamu." Dan dia terkekeh.

Aku mendongak keget.

Sekali lagi dia terawa."Makanya jangan bilang saya mirip psikopat kalau tidak mau diculik."

Mataku melotot lebar. Demi apa?

Dia gila!

"Nah, kamu sekarang ketakutankan? Sebelum ide itu menjadi nyata. Kita pacaran, yuk?" Dia mengedipkan mata.

Aku mengerjap-ngerjap tak percaya.

"Jangan terlalu banyak berpikir. Nanti kerutan kamu ada di mana-mana." Tambahnya sambil tersenyum kecil. Jelas dia sedang mengejekku.

Aku menarik napas panjang."Lebih baik kamu diam dari pada gigi kamu aku rontokin satu persatu!" Bentakku.

"Emang kamu belajar bela diri?" Dia berkata kaget sambil menaiki satu alis.

"KAMU BISA DIAM NGGAK!" Aku memekik kesal. Sumpah demi apapun dia menjengkelkan. Sangat!

"Bisa. Kecuali kasih nomor kamu sama hatinya dulu sama saya."

Aku berpaling menghadap ke arahnya."Ini!" Aku memberikan tangan terkepal pada Ridwan. Dan dia mengangkat kedua tangan sambil tersenyum."Wow ..... Saya suka yang ganas-ganas." Lalu dia mendekat dan mencondongkan badan ke arahku. Dia memang tidak kenal takut.

Refleks aku memiringkan badan."Saya tambah tergila-gila sama kamu." Bisiknya dan aku merasakan dia meniup pelan tepat pada kupingku. Secara praktis tubuhku menegang. Perlakuannya berpengaruh besar atas tubuhku.

"Menjauhlah dariku." Aku mendadak gelagapan dan mengambil langkah mundur sejauh yang kubisa dari jangkauannya. Dia berbahaya.

Mata kami bertemu; pandangaku berubah seperti kucing jinik setelah mendapat perlakuan anehnya. Sementara dia menatapku dengan berani.

Dia tersenyum dan perlahan berjalan mendekat. Begitu dia selangkah di depan, aku mengambil langkah mundur. Aku memindai dia was-was. Dia berhenti dan menatap miring ke araku."Hati-hati Nona. Saya melihatmu yang salah tingkah. Salah-salah kamu akan jatuh cinta pada saya." Dia berkomentar dan aku terkejut ketika dengan gamblang dia membeberkan rekasiku. Dan ya, aku memang salah tingkah terhadapnya.

WISHES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang