Bab 16. Api cinta yang tampak padam!

101 3 0
                                    

Keira

Aku tidak tahu pasti apakan keputusanku saat ini sudah tepat atau tidak? Namun aku tetap pada pendirianku yang mana tetap mempercayai Ridwan. Walau nyatanya rasa takut selalu menghantui-ku. Aku merasakan kegelisahan yang sama seperti yang dulu aku alami sewaktu Natan mengatakan banyak hal mengenai Ridwan. Ya, aku tahu bahkan sangat tahu kalau Ridwan memiliki cerita dimasa lalu yang sama sepertiku. Kami adalah dua orang dengan masalah perasaan yang sama. Namun aku juga percaya bahwa kami adalah dua orang dengan dua komitmen yang sama yakni setia.

Selama bersama Ridwan, aku belajar tentang banyak hal lebih-lebih melupakan bayang-banyang Natan yang nyatanya mungkin akan tersa susah. Meski begitu komitmenku jauh diatas segalah-galahnya. Aku tahu rasanya disakiti. Aku tahu bagaimana sakitnya dihianati. Dengan demikian aku selalu menanamkan hal tersebut dalam diriku, Setia dan komitmen.

Nyatanya disini cuma aku yang belajar menerima segalah hal, lebih-lebih perihal masa laluku. Sementara tidak untuk Ridwan. Ya, Ridwan masih terjebak dalam masa lalu dan baru saja aku melihatnya berciuman dengan wanita lain.

Apa mungkin itu Ririn yang dimaksudkan Natan?

Apa kali ini aku akan kembali disakiti?

Faktanya ya.

Aku mendapati diriku sakit dan tersikasa. Namun aku mencoba kuat dan menerima segalah hal yang terjadi.

Kesempatan. Ya, mungkin Ridwan pantas memiliki kesempatan untuk membenah diri. Bisa jadi saat ini Ridwan gelap mata dan bermain api dengan wanita itu. Dan setelah semuanya terjadi Ridwan akan pulang padaku. Ya, mungkin harus seperti itu.

Sekali lagi. Aku mengabaikan segalahnya dengan berpura-pura bodoh yang mana justru Natan yang hampir dibuat gila. Dia frustasi dan kesakitan.

Sakitku baru lebih berlajut sewaktu Ridwan dan wanita itu pergi kesebuah Hotel. Aku tahu akan kemana cerita itu berlanjut namun aku tetap menguatkan diri dengan berpikir posetif. Faktanya adalah aku yang terlalu berharap. Ridwan kembali melakukan hal yang perna Natan lakukan dan kali ini Ridwan melakukannya jauh lebih menyakitkan dibandingkan Natan.

"Siapa? Kenapa lama sekali. Kamu telah membuatku begitu basah. Mari selesaikan permainan kita."

Aku mendapatkan serangan kejutan pada jantungku dan hal itu membuatku mematung.

Didepan mataku ada Ridwan. Dia hanya menggunakan handuk setengah pinggang sementara tubuh bagian atas dibiarkan telanjang. Hal yang memukul mentalku adalah kemungkinan besar mereka sudah bersetubuh. Bisa kulihat itu dari penampilan keduanya. Kondisi wanita didalam sana sama kacaunya dengan Ridwan.

Aku melirik kearah Ridwan dengan sejuta perasaan kacau. Dan di selah-selah itu air mataku jatuh.

Ridwan merespon dengan gelengan sakit dan luka walau nyatanya seharusnya aku yang merasakan hal itu.

Dan seketika itu pula aku menggeleng sambil tersenyum luka.

"Brengsek.....kamu bajingan." Natan yang kelihatan amat marah langsung membuka pintu paksa dan menerobos masuk, mendapti wanita itu yang terburu-buru menutupi tubuh telanjangnya menggunakan selimut.

"Wahhh...Gila." Natan berteriak frustasi sambil membalikan badan melihat kearah Ridwan yang masih lekat menatap kearahku. Matanya menyempit, dia marah. Sangat mata.

Sesaat dia menggeleng sambil mengepalkan tangan.

Tanpa diduga-duga Natan berjalan cepat mendekati Ridwan. Dan....

Bugh...

Bugh....

Bugh...

"Sialan....Brengsek."

WISHES [END]Where stories live. Discover now