Bab 14. Tak tergoda rayuan iblis!

69 0 0
                                    

Natan

"Kamu ingin mengatakan sesuatu?" Aku berteriak pada Ridwan.

Begitu pulang dari kediaman Keira, Ridwan tiba-tiba menyalip dan berhenti kira-kira satu meter. Otamatis aku ikutan berhenti.

Aku tahu akan kemana semua perbuatannya.

Ridwan keluar dari mobil lalu berjalan kearahku diliputi emosi. "Saya yang pantas menanyakan hal itu. Kamu tidak mau bilang sesuatu pada saya?" Dia berkata marah.

Aku berdecak sinis sambil memalingkan wajah. "Memangnya apa yang mau kamu dengar?" Aku berkata tenang. Sesekali tersenyum sinis.

Ridwan kelihatan frustasi namun dia menahan diri. "Jangan bertele-tele!!" Bentaknya. Oke. Ridwan memang sangat marah.

Aku tersenyum sebagai balasan dan mengangkat kedua tangan seolah-olah pasarah dan menyerah."Keira mantanku dan masih menjadi orang terpenting dalam hidupku." Dan aku mengakui segalanya walau baru setengah. Tetapi hal ini mampu menjelaskan semuanya.

Ridwan menggeleng kacau. Sudah pasti dia tidak terima.

Mata Ridwan menyempit, serius. "Jadi Keira gadis itu? Gadis yang membuatmu hancur berkeping-keping? Ternyata Keira-ku adalah gadis yang terus membuatmu segila ini. Pantas saja kamu kelihatan jauh lebih gila." Dia berkata mengejek. Bahkan itu didukung lewat senyumannya.

"Berhubung kamu telah mengetahui segalahnya. Aku harap jangan sesekali sakit hatinya. Aku bisa melakukan sesuatu diluar kemampaunku demi dirinya." Bilangku tegas. Dan itu bentuk ancaman. Aku tidak main-main.

Dia tersenyum."Tenang, Tan. Kakakmu tidak sepertimu yang sukanya melukai. Kakak tidak perna belajar berhianat." Dia menyombongkan diri.

"Ohh ya? Tidak perna belajar berhianat?" Aku mengembangkan seringai.

Semestinya aku melayangkan tinjuan padanya. Hanya saja, aku masih sedikit waras dan mengganggapnya sebagai seorang kakak. Jika tidak? Sudah pasti akan ku hajar bibir pendusta ini.

"Jangan bilang aku tidak melihatmu berciuman dengan wanita itu....Ririn. Ya, Ririn wanita masa lalumu. Kalian berciuman dan aku melihatnya di Club. Saat dimana kamu datang menjemputku. Bahkan kamu membawanya entah kemana? Bisa jadi hotel atau apalah.....? Siapa perduli kalau kalian tidur bersama sepanjang malam. Lalu dengan manisnya kamu berkata demikian seolah-oleh hidup mu begitu lurus. Terus kakakku. Terus. Semakin kamu berbuat ulah semakin banyak bukti yang aku kumpulkan guna memisahkan kalian. Keira memang tidak pantas bersamamu." Beberku, memprovokasi.

Rahang Ridwan mengeras. Aku sempat melihatnya yang terkejut. Pasti dan tentunya Ridwan shock karena baru saja aku membongkar perbuatan tak terpujinya.

Jangan pikir, aku akan mendiamkan perihal Ridwan yang berhianat. Tidak. Aku punya caraku sendiri untuk menjadikan hal itu sebagai solusi untuk memisahkan dia dari Keira.

"Brengsek....." Ridwan melayangkan pukulan namun aku menepisnya dengan mudah. Ridwan betul-betul terprovokasi.

Aku langsung mengembangkan senyuman dikala Ridwan kelihatan berapi-api karena kemarahannya. "Dengar Wan....setidaknya aku tidak berpura-pura baik didepan namun dibelakang melukai. Aku bukan kamu yang seperti bajingan."

"Bukannya kita sama?" Dia bertanya marah.

Aku tersenyum sini sambil menggeleng ucapannya."Itu dulu. Aku yang sekarang berbeda. Lain dulu. Lain sekarang." Kataku setenang mungkin.

Aku masih ingat dengan betul malam dimana Keira dihadang brandal-brandal itu. Tidak semestinya Keira disana sedang Ridwan sedang bercumbu panas bersama Ririn, wanita dimasa lalunya.

WISHES [END]Where stories live. Discover now