Bab 31. Perubahan yang manis!

101 1 0
                                    

Natan

Hari demi hari terus berlalu, Keira dan kandungannya semakin hari semakin membesar. Ada kerenggangan yang cukup membangun jarak dia antara kami ketika aku meminta dengan tegas agar Keira berhenti bekerja. Belum lagi masalah kontrak yang mana memang baru diketahui Keira bahwa masaku tinggal bersamanya bukan hanya selama enam bulan melainkan seumur hidup. Aku tahu betul sikap Keira bilamana sedang terdesak. Keira sering sekali tidak mempertimbangkan segala hal yang diambil. Sederhananya dia gabah dan aku memanfaatkan hal itu.

Masalah lainnya adalah Keira selalu saja menolak disaat aku ingin mengumumkan kehamilannya didepan umum. Lebih-lebih dikalangan pada rekar kerja. Katanya dia belum menyiapkan mental jika seluruh staff mengetahui kehamilannya.

Tentu saja, Keira merasa malu karena dia adalah orang yang sering menyebarkan rumor
tentangku. Tetapi pada akhirnya penyebar rumor itulah yang menjadi kelinci percobaan dari seorang gay. Ya, Keira sering mengataiku gay. Namun ujung-ujungnya dia harus hamil oleh lelaki yang dikatai gay.

Aku tidak perna memperdebatkan apapun selagi hal itu bisa membuatnya bahagia. Bagiku kebahagiaan Keira adalah yang paling utama. Dengan demikian masalah Keira yang meminta unuk tetap bekerja aku luluskan. Dan itu dengan sangat terpaksa dan berberat hati.

Baru-baru ini sikap Keira sering berubah-ubah; kadang sangat sensitif, kadang protektif, kadang marah-marah, kadang baik, dan kadang manja. Pokoknya dia membuatku pusing. Tapi yang jelas ini karena kemauan dari sang bayi.

Malam ini aku pulang sedikit larut; kira-kira pukul 12 malam. Keira belum juga tertidur, padahal matanya sayup-sayup tertutup lalu terbuk lagi. Begitu dan seterusnya. Dia seperti bocah yang dengan apiknya terbawa kantuk dan beberapa kali hampir terjatuh.

Aku masuk mendapati dia yang masih berusaha menatap televisi sambil menggeleng-geleng kecil agar menghilangkan rasa kantuk.

Reaksinya menyentil hati. Aku tersenyum haru.

Dan aku bergerak mendekat. Sebelum mengelus lembut pipinya, terlebih dahulu tas kerja aku letakan pada kaki sofa.

"Belum tidur, sayang? Ini sudah larut." Bilangku, yang mana mengelus sayang pipinya. Akhir-akhir ini aku terus memanggilnya demikian. Tetapi Keira tidak mempersoalkan.

Keira menatap fokus. Dan dia mengembangkan wajah sedih.

"Iihh...aku juga mau tidur sejak tadi. Tapi mataku tidak bisa dipejamkan." Katanya dengan isak.

Aku tersenyum lalu membawa tubuh Keira dalam pelukan. Agak lama mengelus sayang rambutnya aku menghirup dalam-dalam aroma tubuh yang aku rindukan.

"Itu kamu, sayang? Kasihan Mama." Bilangku yang saat itu tengah mengelus sayang perut berisi Keira menggunakan tangan lain.

Unuk beberapa saat, tidak ada pergerakan dari Keira. Sebagai gantinya aku hanya mendengar dengkuran halus.

Aku menunduk, melihat kearah Keira.

Dia sudah tertidur pulas. Spontan seluas senyuman mengembang.

*****

Hari berikutnya masih sama. Karena ada banyak pekerjaan, aku berakhir harus pulang terlambat lagi. Keira masih menungguku dengan kondisi yang sama dan setelah mendengar suaraku dia langsung tertidur pulas dalam pelukanku. Hal itu membuka peluang dimana akhirnya Keira menginzinkanku untuk seranjang dengannya. Kebiasaan Keira kali ini cukup aneh. Begitu menghirup aroma tubuhku dia baru akan terlelap. Senang? Tentu saja. Anak kami memang baik. Dia ingin menyatuhkan kedua orang tuanya.

Kemudian pada minggu berikutnya...ini mungkin terkesan gila namun aku menyukai kegilaan ini. 'Ciuman' Ya, Kei ngotot ingin menciumku. Tetapi dengan satu syarat, ciuman itu hanya bisa dilakukan olehnya. Yang artinya aku tidak boleh membalasnya. Dan jika aku membalasnya...Artinya...

WISHES [END]Where stories live. Discover now