Bab 8. Pertemuan dan luka!

315 88 36
                                    

Natan.

Aku telah melukainya. Terlalu besar hingga tak ada kata maaf darinya. Dia memberiku pilihan yang secara sadar dapat membunuh. Aku dilemah kehancuran, tersiksa atas pilihan yang menurutku sedikit jahat. Tidak ada penawaran atas pilihan yang seketika itu menusukku bagai pedang. Ingin marah tapi salah, ini mutlak salahku. Aku melukainya.

Hari itu tidak ada pilihan pasti selain merelakannya pergi. Alam bawah sadar seketika menyuruhku untuk melakukan sesuatu yang telah terancang indah yang sudah sekian lama ingin kulakukan bersama dia, Keira. Sayangnya, itu hanya akan menambah kebenciannya padaku.

Terpaksa aku melepasnya dengan syarat. Dia harus menjauhiku jika tidak ingin hal buruk terjadi padanya. Ya, ini terdengar manusiawi untukku, berharap dengan begitu dia melupakan syarat itu sehingga mempermudahku untuk kembali memilikinya. Dan bila waktu itu tiba dia bukan saja milikku tapi milikku seutuhnya.

Hari itu pula aku menyadari satu hal bahwa ternyata begini rasanya takut kehilangan. Kei yang biasanya hanya banyak berkata-kata tanpa melakukan apapun kali ini berbeda. Tindakannya membuatku sadar bahwa aku salah telah bermain-main dengan kebaikannya.

Aku keliru menganggap kediamannya adalah kebebasan untuk bermain hati di luar sana. Pada hal, dia sedang memberiku ruang untuk belajar membenah diri. Akan tetapi, aku tidak mengindahkan segalanya. Hingga pada akhirnya aku melihat dengan jelas mata itu. Tatapan yang mampu menjelaskan segalanya. Seakan-akan dia sedang berkata 'Sudah cukup kau melukaiku, aku muak dengan sikapmu, enyalah dari hidupku, kau bukan lagi sesuatu yang wajibku perjuangkan, aku kecewa' dan hal itu mengawali segala kegelisahan, ketakutanku akan sesuatu yang akan melahirkan penyesalan yang tidak bisaku ubah dan pada akhirnya ketakutanku benar adanya bahwa kami berakhir.

Hingga detik ini, aku masih terus terbayang kejadian itu; tentang berakhirnya hubungan kami. Ini seperti mimpi. Namun mimpi dalam versi nyata. Sekarang semuanya berbeda. Aku menemukan diri terjebak dalam satu poros waktu di mana hanya ada rasa sakit dan penyesalan.

Perlahan-lahan aku dapat merasakan hidupku yang hampa sewaktu hari-hari yang dipenuhi Keira tinggallah kenangan. Setiap kali ketika mengingat kembali saat-saat di mana Keira yang begitu tenang seolah telah menyiapkan mental tentang kejadian ini aku merasa luka tanpa diiris. Bisakah aku mengulang saat-saat di mana ada semua kejelekanku dan menghapus jejek-jejak itu? Sekarang aku sekarat tingkat akut gara-gara itu.

Kemudian dalam minggu kedua kami dipertemukan kembali, dan pertemuan waktu itu banyak menguras emosi. Kenapa Rio datang bersama Keira? Padahal si brengsek itu tahu kalau aku masih sangat mencintai Kei. Emosi dan cemburu yang berjalan sepadan akhirnya membuatku menjadi seorang brengsek.

Ya, aku melecehkan Keira. Bisa kalian bayangkan reaksi Keira? Gadis itu menangis namun dengan jahatnya aku terus menyalurkan apa yang selama ini aku inginkan. Dan ketika melihat kerapuhannya aku menjadi tak berdaya. Aku tidak melanjutkan aksi gilaku. Bisa kubilang ini semua gara-gara si brengsek Rio yang menjadikan Kei sebagai alat untuk memanas-manasiku. Aku paling tidak suka jika Kei dijadikan boneka mainan. Walau nyatanya aku sering membuatnya terlihat seperti itu. Aku cemburu. Sekali lagi aku emosi dan juga terprovokasi. Aku tidak ingin Kei bersama lelaki lain dan ini sangat menyiksa.

Apa aku salah dengan memperlakukan Kei seperti ini?

Dan setelah hari itu Kei sungguh pergi. Dia betul-betul menghilang dari sisiku. Hari-hari sebelumnya aku masih kuat. Sangat kuat karena aku selalu memantaunya dalam tiap-tiap hari dari kejauhan.

Saat Keira pergi. Aku mencarinya. Mencarinya ke semua tempat bahkan sampai pada kediaman orang taunya di Malina, sebuah Kota kecil yang cukup jauh dari Kota. Aku tidak menemukan dia di sana. Tepatnya dia menghilang. Aku berusaha menghubungi Tiana saudara sekaligus teman terdekatnya, menanyakan keberadaannya, hanya saja Tiana selalu acuh atau mungkin itulah caranya menutupi keberadaan Keira dariku.

WISHES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang