Bab 34. Sederhana tapi sangat berarti!

174 1 0
                                    

Natan

"Apa yang sedang kalian lakukan?" Tanya sebuah suara yang sangat amat familiar.

Refleks Keira mendorong jauh tubuhku. Ada ketegangan di matanya begitu melihat sosok dari suara tersebut.

Dia adalah Tante susan, Mamanya Keira. Dan yang lebih tak terduga ada Mama.

Apa yang sedang mereka lakukan di sini? Begitulah yang terlintas dalam benakku.

Memalingkan wajah, aku melihat Keira yang tengah menahan malu akibat di pergoki berciuman. Mukanya bahkan sudah semasak tomat.

"Kenapa kalian bisa tinggal berdua?" Tanya Tante Susan, dengan nada ketidak percayaan.

"Pemilik dan penyewa, Ma." Jelas Keira, mendadak salah tingkah. Dan dia menatap bersalah ke arahku.

Entah kenapa aku ingin menelan Keira hidup-hidup akibat perkataannya. Ya, memang aku akui, kami hanya dua orang dengan sebutan penyewa dan pemilik. Namun, jauh dari pada itu aku mengharapkan lebih.

Tentu saja, aku tidak suka jika Keira terus-terusan menutupi hubungan kami. Yang pada dasarnya aku sendiri bingung harus menjelaskan hubungan ini seperti apa?

Padahal baru saja aku senang. Tetapi kini aku mendadak sedih hati.

"Oh, artinya kamu pemilik dan dia penyewa?" Tambah Mama membenarkan, yang diangguk setuju oleh Keira.

Sontak mereka berpaling, berhadapan. Sambil menunjuk satu sama lain penuh kebingungan.

"Jadi, kamu Mamanya?" Ujar mereka serentak, bersama-sama menunujuk pada anak masing-masing. Mama menunjuk ke arahku, lalu Mamanya Keira menunjuk ke arah-nya.

Mereka tampak kebingunan. Jauh lebih bingung saat melihat ke arah perut buncit Keira.

"Kenapa perutmu sebuncit itu?" Mama bertanya bingung sambil membulatkan mata, seolah sedang mengamati tubuh Keira.

Sudah kuduga mereka akan bertanya tentang ini.

"Kau hamil?" Tanya Tante Susan tiba-tiba. Sebagai jawaban Keira mengangguk kaku. Sementara aku diam, membiarkan Keira menghadapi mereka karena ini memang kemauannya sejak awal.

"Siapa ayahnya?" Tante Susan bertanya lebih jauh.

"Putraku?" Timpal Mama. Dan Keira merespon dengan gelengan.

Sontak aku mengernyit kesal. Apa-apaan Keira?

"Tidak mungkin putramu. Aku tidak berniat untuk memilihara penghianat kecil dalam rahimku." Bilangnya dan dengan perlahan Keira menatap ragu-ragu ke arahku yang tengah diam tanpa sebuah ekspresi.

Aku tidak diakui!

Aku di tolak!

"Jadi siapa ayah dari anak yang kamu kandung?" Desak mamanya. Tante Susan kelihatan frustasi.

"Ayahnya? Dia tidak punya ayah. Baru-baru ini lelaki yang menghamiliku telah menghembuskan napas terakhir." Bohongnya, dan hal itu kian membuatku gusar. Namun mati-matian aku menahan diri.

Demi Tuhan. Semua kata-kata yang keluar dari mulutnya sangat amat begitu kejam solah-oleh sedang menabur racun yang kapan saja bisa membunuhku. Aku kesakitan tanpa ada potensi untuk disembuhkan. Aku kacau.

Aku menunduk tanpa sebuah rangkaian kalimat yang barangkali untuk menyanggahnya.

Aku menempatkan diriku seolah-olah telah mati, seperti apa yang baru saja diucapkan mulutnya. Keira berkata tanpa mempertimbangkan bagaimana perasaanku. Aku sakit. sangat.

WISHES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang