19. Senin

42.6K 4.6K 224
                                    

Pagi harinya, Jennifer menatap pantulan cermin di depannya. Mengingat perkataan ia tadi malam kepada Vernan, Jennifer menggerutu kesal.

Memalukan sekali.

"Jen, sarapan!" Itu suara Abi. Jennifer dengan cepat mengambil tasnya, lalu berjalan keluar.

"Lah? Bang Abi kemana?" tanya Jennifer menatap sekitar yang sepi.

Mengedikkan bahu tak peduli, Jennifer kembali berjalan menuju ruang makan untuk sarapan. Terlihat kedua Abangnya yang sudah menunggu di sana. Sesaat Jennifer tak sengaja bertatapan dengan Vernan, Jennifer langsung mengalihkan tatapannya dengan perasaan malu.

Vernan menaikkan satu alisnya melihat tingkah gadis itu, ia menggelengkan kepala ketika menyadari sesuatu.

Jennifer menatap berbinar ke arah meja makan, lalu menatap Abi. "Beruntungnya punya Abang yang bisa masak," puji Jennifer kepada Abi.

Abi mencubit hidung sepupu kecilnya itu. "Udah, sana makan."

Mengangguk patuh, Jennifer duduk di samping Vernan. Sementara Abi di depan, membuatkan susu untuk Jennifer.

"Berasa punya suami gue," gumam Jennifer melihat Abi meletakkan gelas berisikan susu di depannya.

Mereka makan dengan tenang tanpa berkata sekata pun.

Jennifer yang duluan habis mengusap perutnya kenyang.

Jennifer melirik Vernan yang juga sudah habis, ia memicingkan mata saat melihat dasi milik Vernan berada di kepalanya, pemuda itu menjadikannya bandana. Oh lihat, rambut dan seragamnya juga berantakan, betapa urakan penampilan Vernan ini.

"Walau begitu tetap aja cakep," gumam Jennifer sangat pelan.

Menggelengkan kepalanya sejenak, Jennifer berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah Vernan yang memandangnya bingung.

Jennifer menunduk, tangan lentiknya mengambil dasi itu, ia dengan telaten membenarkannya dengan wajah serius. "Hari ini upacara, bisa-bisa lo di hukum nanti Bang."

Vernan menaik-turunkan alisnya sambil memainkan lidah di dalam mulut, merasa gemas melihat Jennifer yang mengomelinya.

"Lo dengar gak Bang?" Jennifer mengangkat wajahnya, gadis itu mengerjapkan mata karena wajahnya dan wajah Vernan begitu dekat.

Lama mereka bertatapan, Abi yang gerah melihat pemandangan di sana menyugar rambutnya ke belakang. Sial.

Abi melirik ke bawah, senyuman miring tercetak di bibir tebalnya. Tangan itu mulai menarik dasi yang sudah terikat sempurna menjadi berantakan, lalu mengacak rambutnya.

"Jen." Panggilan dari Abi membuat Jennifer tersadar, ia dengan cepat memundurkan tubuhnya.

"Iya--" Mata Jennifer terbelalak melihat Abang sepupunya satu lagi sama berantakannya dengan Vernan, setahu Jennifer tadi Abi sudah rapi.

"Berantakan banget!"

Abi tersenyum kemenangan melihat gadisnya membenarkan dasi dan rambutnya, ia melirik Vernan yang mendengus kasar.

"Bajingan ini benar-benar," batin Vernan menatap tajam kembarannya. Muak dengan wajah sombongnya, Vernan berjalan mendekat dan mengusap pipi kiri Jennifer.

"Abang tunggu di mobil," ujar Vernan berlalu pergi tidak lupa menyempatkan menendang kaki Abi.

"Si anjing," gumam Abi pelan.

Jennifer Antagonis Girl (TERBIT)Where stories live. Discover now