44. Belajar Seharian

22.6K 2.6K 110
                                    

Hari Minggu, hari yang ditunggu-tunggu oleh para pelajar. Termasuk Jennifer yang masih tertidur nyenyak, padahal sudah jam 8 pagi. Semalam, gadis itu berniat bangun jam 6 pagi.

Cklek.

Pintu kamar terbuka, menampilkan beberapa pelayan perempuan. Salah satunya melangkah mendekat, ia membuka gorden membuat cahaya matahari masuk dan menyinari kamar ini.

Jennifer yang merasa terganggu menggeliat, tangannya mengambil selimut lalu berselubung di dalam sana, menutupi seluruh tubuhnya.

"Nona, mari bangun."

Merasa tidak ada tanggapan, pelayan itu membuka selimut Jennifer.
"Nona, maaf jika saya lancang. Sudah saatnya Anda bangun, Tuan dan Nyonya sudah menunggu Anda di ruang makan." Pelayan itu memberi selimut kepada pelayan lainnya untuk melipat.

Jennifer menutup matanya saat terkena paparan cahaya matahari.
"Iya, saya udah bangun," jawab Jennifer terduduk.

"Sekarang udah jam berapa?" tanyanya dengan mata terpejam.

"Sudah jam 8 pagi."

"Heh, serius?" Jennifer mengerjapkan mata.

"Iya Nona, ayo bersihkan tubuh Anda."

Jennifer mengangguk, ia berjalan sempoyongan yang langsung ditahan pelayan itu.

"Nona tidak apa-apa?"

"Tidak." Jennifer menggelengkan kepalanya, langsung saja ia masuk ke dalam kamar mandi.

Pintu kamar terkunci, pelayan itu menggaruk alisnya.

"Nona, apa Anda perlu bantuan untuk membersihkan tubuh Anda?"

"Enggak! Gue mau mandi sendiri!" teriak Jennifer dari dalam kamar mandi.

Gila saja pakai dibantu, dikira dia masih kecil apa.

Jennifer menggerutu, kenapa dia bisa bangun telat 2 jam dari jadwalnya hari ini. Padahal tadi malam sudah bersemangat untuk bangun awal, sarapan, dan belajar penuh giat. Tapi sekarang, ia menjadi malas dan mau bersantai-santai saja rasanya.

Pelayan itu menatap beberapa temannya. "Kalian bereskan kasur Nona Jennifer, saya akan turun ke bawah sebentar."

Ada sekitar tiga pelayan di kamar Jennifer yang membereskan kamarnya tersebut.

Beberapa menit kemudian, Jennifer yang sudah selesai mandi mulai keluar dari kamar. Pertama kali dilihatnya adalah para pelayan yang masih sibuk membersihkan ruangan dan sudut-sudut kamarnya.

Mengabaikan itu, Jennifer berjalan ke arah walk in closet.

Pelayan tadi kembali masuk ke kamar Jennifer, ia menatap kamar mandi yang terbuka.

"Apa Nona Jennifer sudah selesai mandi?" tanyanya kepada salah satu pelayan.

"Sudah," jawab pelayan itu.

Di dalam, Jennifer lagi-lagi menguap. Tubuhnya serasa masih lemas untuk beraktivitas, tapi gadis itu terus memaksa melawan rasa malasnya ini. Jika tidak, bisa-bisa dia balik ke kasur dan tidur seharian.

Memakai pakaian berwarna putih dan celana pendek sepaha yang menampilkan paha mulusnya, Jennifer mengambil salah satu jepitan, lalu mencepol asal rambutnya.

Untung di dalam walk in closet ini ada cermin, ia memandang pantulan dirinya di sana. Bergaya sederhana saja Jennifer sudah sangat cantik, apalagi berdandan mewah. Wajah gadis itu adalah idaman para kaum hawa di luar sana. Tidak ada bekas jerawat, beruntusan, atau kusam sama sekali. Wajah sang antagonis ini sangat mulus seperti pantat bayi.

Jennifer Antagonis Girl (TERBIT)Where stories live. Discover now