40. Taka Sopir Pribadi

27.1K 3.3K 229
                                    

Keesokan harinya, Jennifer turun dari tangga rumah. Dari semalam gadis itu tak henti-hentinya takjub dengan rumah mewah keluarga Berdine. Bagaimana tidak? Ada kolam berenang, air mancur, ruangan khusus berkumpul yang sangat luas, dan ada lift.

Ya, kalian gak salah baca. Lift di sini dibuat Yohan agar Jennifer dan Camilla tidak kecapean lewat tangga. Tapi, Jennifer sendiri malah milih lewat tangga dari pada menggunakan lift, katanya sih biar sehat.

"Kayaknya mending gue pakai lift tadi," keluh Jennifer merasa kebas di kaki. Sisa satu anak tangga lagi, Jennifer menghela napas lega.

Jennifer menatap para pelayan yang sibuk membersihkan rumah. Para pelayan yang melihat Nona muda mereka lantas memberi hormat dan salam.

"Selamat pagi, Nona Jennifer."

Salah satu pelayan wanita mendekat, sebelum berbicara pelayan itu menunduk sebentar. "Nona, mari saya antar ke ruang makan."

"Baik," jawab Jennifer tersenyum lebar.

Keduanya berjalan dengan Jennifer di depan. Sebenarnya gadis itu ingin berada di belakang karena tak mengerti jalan, tapi pelayan wanita itu mengatakan akan mengarahkannya.

Sesampainya di ruang makan, Jennifer dapat melihat kedua orang tuanya, langsung saja ia mendekat dengan perut yang keroncongan.

Camilla mendongak, wanita itu tersenyum hangat melihat Jennifer.
"Sayang, ayo duduk di sini."

Jennifer mengangguk dan duduk di samping Camilla, sedangkan di depannya ada Yohan yang menyeduh kopi.

"Kamu mau makan apa? Biar Mommy yang ambil," ucap Camilla mengambil piring.

"Apa aja, Mom." Jennifer memandang ke arah makanan dengan berbinar.

Camilla mengambil lauk, lalu meletakkan di atas piring.
"Makan yang kenyang."

Yohan menatap Jennifer yang makan dengan lahap, ia tersenyum tipis.
"Sayang, nanti kamu diantar sopir ya," ujar Yohan yang diangguki oleh Jennifer.

"Siap bos."

Selesai makan, Jennifer diantar oleh Yohan dan Camilla di depan rumah. Terlihat Yohan memanggil laki-laki yang terlihat muda untuk mendekat. Alis Jennifer mengerut, dilihat-lihat umurnya seperti sepantaran dengan dirinya.

"Dia putriku, tugasmu mengantar jemputnya dengan selamat. Jika putriku lecet, kau tau hukumannya," ancam Yohan dengan tatapan datar.

Pemuda itu mengangguk sembari menunduk. "Iya, Tuan. Saya mengerti."

Yohan menatap Camilla dan Jennifer bergantian. "Aku akan pergi bekerja."

Camilla mengangguk, matanya terpejam saat Yohan mencium dahinya. "Iya, hati-hati."

Melihat Yohan telah pergi, Camilla menepuk bahu Jennifer. "Kamu tidak mau pergi, Jen?"

Jennifer tersadar dari lamunannya karena asik memandang wajah pemuda di depannya, ia meringis malu saat Camilla dan pemuda itu menatapnya.

"Iya, Mom. Jennifer pergi dulu, bye-bye!" Jennifer mencium kedua pipi Camilla.

Jennifer mengikuti langkah pemuda itu menuju garasi mobil, tatapannya mengarah ke rumah besar milik keluarga Berdine. Tidak henti-hentinya Jennifer mengagumi keindahan rumah itu, besar dan mewah.

 Tidak henti-hentinya Jennifer mengagumi keindahan rumah itu, besar dan mewah

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.
Jennifer Antagonis Girl (TERBIT)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant