Menyebalkan

108 91 13
                                    

Happy Reading

Satu pekan kemudian.....

Sudah satu pekan setelah kejadian dimana hari penembakan Nesyi. Dan hari ini, tepatnya di hari minggu, Nesyi sudah di perbolehkan pulang oleh dokter dengan syarat, dirinya untuk sementara waktu tak boleh melakukan aktivitas apapun.

"Huh! Bosan!" Gumam Nesyi di atas ranjangnya. "Mau ngapain, ya? Main hp? Bosen, nonton tv? Bosen juga. Aaaaaa pengen keluar!!!" Monolognya sembari merengek.

Ceklek.

"Hm?"

"Kenapa sih anak papa, hm?"

"Ih papaaa! Jangan gitu, dong. Nanti kalau Nesyi jadi anak manja gimana?" Omel Nesyi pada Arbi. Ayahnya.

Arbi terkekeh. "Hahaha. Iya sorry-sorry. Lagian kamu kenapa, sih? Papa dengerin kaya ngomong sendiri dari tadi. Hih nggak jelas."

Nesyi merolling bola matanya malas sembari menghela nafas kasar. "Papa! Nesyi mau keluar. Boleh ya! Ya, ya, ya. Pleaseeeee." Bujuknya dengan jurus puppy eyes.

Arbi menatap datar putrinya. "Nggak!" Tolaknya mentah-mentah, kemudian meninggalkan Nesyi yang mengoceh-ngoceh tak jelas di belakang sana.

Nesyi mendengus kesal. "Ih papa! Protektif banget, sih. Padahal gue kan udah nggak papa." Gerutunya.

"Papa denger omongan kamu ya, Dek! Awas aja kalau ngomong nggak sopan lagi." Teriak Arbi dari luar kamar.

Nesyi refleks menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Haduh! Mampus gue. Pakai acara dengar segala lagi si papa! Aduh. Gue juga ngomong nggak pakai tutur. Hah! Dahlah!" Monolognya, sambil terus memukul-mukul dahinya menyesal.

"IYA PA! MAAF... NGGAK LAGI, DEH. SERIUS!"

Tak ada sahutan lagi, yang artinya sang papa telah benar-benar pergi dari sana. Nesyi kemudian menghela nafas lega, untung saja papanya tak mengomelinya seperti terakhir kali dirinya berbicara tanpa tutur di depan kedua abang kembarnya.

"Bodoh banget sih lo, Nes! Lain kali mau ngomong tuh di pikir dulu kalau lo lagi di rumah!" Menghela nafas pasrah dan memilih untuk berbaring memainkan kembali ponselnya.

"Sabarkanlah Nesyi Ya Allah..." Do'anya.

(*˘︶˘*).。.:*♡

Di tempat lain, beberapa pemuda berstelan hitam dengan logo di bagian punggung dan dada sebelah kiri mereka, sedang menatap jengah seorang pria baruh baya yang kini terduduk di kursi dengan tangan dan kaki yang di borgol.

Ya. Rega! Pria paruh baya, yang menjadi dalang dari penembakan Nesyi. Telah dapat mereka tangkap dan sekap di markas persatuan. Tepatnya dua hari setelah misi itu di rencanakan, mereka langsung dapat menemukan titik terang keberadaan pria tersebut. Mereka pun segera membuat sebuah rencana di siang hari dan melaksanakan rencana tersebut di malam harinya.

Sudah lima hari sejak pria itu di sekap oleh mereka. Tetapi, tetap saja dirinya tak ingin mengatakan, apa alasannya menyewa Snakers untuk membunuh Nesyi. Sudah di tanya serta di siksa berkali-kali namun pria tersebut masih tetap pada pendiriannya.

"Keras kepala." Geram Dafit.

"Lo—"

Allahu Akbar. Allahu Akbar.

Kita Berbeda [Ending]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz