Khawatir

49 33 6
                                    

Happy Reading ✨

Kini, jam telah menunjukkan pukul 00:00, artinya sudah tidak ada lagi angkutan umum maupun angkutan online yang berlalu lalang atau pun menerima orderan, hal itu lantas membuat gadis ini terus saja menggerutu di dalam hatinya.

Nesyi. Gadis yang izin kepada kedua kakaknya untuk pergi ke pesta ulang tahun salah satu teman kampusnya, dan mengatakan tidak akan pulang malam hari, saat ini dirinya malah pulang tengah malam.

"Ck! Ini handphone kenapa pake acara mati segala, sih? Aduh serem banget lagi nih, jalan." Gerutu Nesyi. "Dasar, Angel! Keterlaluan banget sih jadi sahabat, ah!"

Sungguh, jika saja tidak ada orang di tempat shopping itu, sudah di pastikan bahwa Nesyi akan menghabisi Angel. Bagaimana tidak? Bisa-bisanya Angel membuat dirinya harus berkencan dengan lelaki yang bahkan sama sekali tak dikenalnya.

Alhasil, ia harus pulang larut malam seperti ini karena lelaki itu enggan melepaskannya, beruntung ada seseorang yang membantunya lepas dari lelaki bajingan itu. Oh, sungguh, Nesyi benar-benar berterima kasih pada orang yang telah membantunya.

Lupakan kejadian mengerikan itu, karena ada lagi satu hal yang harus di khawatirkan. Yap, tentu saja, siapa lagi jika bukan sang singa dan naga. Apa yang harus Nesyi katakan saat mereka bertanya kenapa dirinya pulang larut malam? Oh! Atau jangan-jangan, Leo dan Lion telah pergi dari mansion untuk mencari dirinya. Gawat!

Nesyi tidak mungkin mengatakan bahwa dia habis berkencan ralat di paksa berkencan oleh sahabatnya, hanya untuk mendapatkan nomor telepon lelaki idamannya. Kurang ajar bukan? Jika Nesyi jujur maka tamatlah sudah persahabatannya bersama Angel.

"Duh! Gimana, nih? Gue harus gimana? Malah udah malem banget, lagi. Ha! Sial banget gue hari ini, ah! Kenapa gue enggak minta abang buat jemput aja, sih?! Dasar, Nesyi! Bego lo! Bego! Astagfirullahal'azim!" Monolognya dengan terus bertingkah tidak jelas.

Tin. Tin!

"Allahu Akbar Kabiro." Latah Nesyi, saat dirinya terkejut akibat suara klakson sebuah mobil.

"Naik." Perintah seorang lelaki pengendara mobil itu, dengan wajah yang masih tertutup oleh masker dan kacamata.

"Siapa lo?" Bingung Nesyi.

"Naik." Ulang lelaki itu, yang kini dengan nada seperti tak ingin di bantah.

"Enggak." Tolak Nesyi.

"Nurut. Cepet naik!"

"Ngapain gue harus nurutin, lo? Emang lo siapa, gue!?"

"Cepat naik, atau lo terima akibatnya." Ancam lelaki itu.

Nesyi mengernyit heran, siapa lelaki ini? Kenapa dia sangat memaksa. Bahkan sampai megancam dirinya.

"Siapa lo berani ngancem-ngancem, gue, ha?!"

Lelaki pemaksa itu pun geram, kemudian turun dari mobilnya. "Naik!" Ucapnya kembali, sembari mencekal kuat lengan Nesyi.

"Heh! Mau ngapain lo? Mau nyulik gue ya, lo? TOLONG! TOL-hmmhp." Teriakan Nesyi pun terputus akibat mulutnya yang di bekap oleh lelaki misterius itu.

"Diem! Gue mau anterin lo pulang, bego!"

Sukses, satu kalimat itu berhasil membuat Nesyi berhenti memberontak. Lelaki itu pun lantas melepaskan Nesyi.

"Bilang kek dari tadi. Tinggal ngomong mau nganterin gue aja susah bener." Kesal Nesyi. "Naik, naik, naik." Lanjut Nesyi mengulang ucapan lelaki tadi dengan nada mengejek.

Kita Berbeda [Ending]Where stories live. Discover now