Jayden Richard Marx Engels

15 11 1
                                    

Happy Reading✨

Frengklin saat ini tengah memandang depan dengan tatapan tajam. Setelah apa yang di dengar olehnya, rasanya Frengklin ingin sekali membunuh siapa saja saat ini untuk menenangkan dirinya.

"Kurang ajar!!" Desis Frengklin penuh amarah.

Tak lama, suara pintu diketuk terdengar, membuat Frengklin mengalihkan pandangan tajamnya kearah pintu tersebut. Seringaian menyeramkan kemudian tersungging di wajah tampannya.

"First." Gumamnya bersmirk. Dengan langkah santai Frengklin berjalan menuju pintu kamarnya, dan membuka pintu itu.

"Maaf mengganggu anda, tuan." Ucap seorang pria bertubuh tegap itu dengan sopan.

Frengklin tidak menjawab, diakibatkan dirinya yang tengah dilanda oleh emosi. Tanpa aba-aba pemuda itu langsung menendang pria tegap didepannya dengan sangat kuat, membuat pria itu terkejut oleh serangan tiba-tiba dari tuannya.

"Tuan apa yang—" Kalimat pria itu langsung terpotong akibat Frengklin yang kembali menyerangnya dengan sangat brutal.

Pria itu terus mencoba mempertahankan dirinya dari serangan yang diberikan oleh Frengklin. Pria itu lantas segera menekan sebuah benda yang berada ditangan kanannya untuk memanggil bantuan.

"Tuan apa yang terjadi...." Rintih pria itu sembari memegangi perutnya.

Frengklin tidak menjawab, ia justru hanya memandang pria didepannya yang sudah lemah ini dengan pandangan datar.

Tak seberapa lama, beberapa pria bertubuh tegap lainnya tiba di kamar Frengklin setelah mendapatkan sinyal darurat dari rekannya. Hal itu membuat Frengklin kembali mengeluarkan smirknya. Ah! Ia akan puas untuk meluapkan segala amarahnya saat ini.

Tanpa aba-aba, Frengklin kembali menyerang pria bertubuh tegap yang berjumlah lima orang itu dengan brutal. Dari mereka, tidak ada satupun yang dapat menyentuh Frengklin, karena saat pemuda itu diselimuti oleh amarah, maka itu bukanlah dirinya.

(*^_^*)

Di rumah kumuh di tengah hutan. Bintang tengah menggendong Ghina ala bridal style untuk dibawa masuk kedalam mobil. Setelah ini mereka akan langsung pergi kerumah sakit.

"Gue yang nyetir mobil. Tomi tolong bawa motor gue." Titah Bintang diangguki oleh Tomi.

Mereka kemudian segera pergi meninggalkan hutan, dengan Dhefin yang telah menghubungi salah satu anggota GoldDragon. Memberitahu bahwa Ghina telah ditemukan.

Setibanya di rumah sakit. Dengan tergesa Bintang membawa Ghina kedalam sambil berteriak memanggil dokter beserta suster. Dengan sigap dua orang suster segera berlari membawa sebuah brangkar. Bintang segera membaringkan tubuh Ghina diatas brangkar, dan gadis itu segera dibawa keruang IGD.

"Maaf, mohon tunggu diluar." Ucap salah satu suster mencegah kedua orang tua Ghina saat ingin menerobos masuk. Kedua orang tua Ghina saat ini hanya dapat terduduk lemas melihat keadaan putri mereka.

"Seharusnya kalian nggak lakuin hal ini. Ghina pasti bakal baik-baik aja kalau kalian nggak mengedepankan ego." Sentar Bintang.

Dhefin yang melihat hal itu segera menepuk pundak Bintang pelan, mengisyaratkan pemuda itu untuk tenang.

"Cukup. Ngertiin keadaan mereka, Bin." Ucapnya.

Kita Berbeda [Ending]Where stories live. Discover now