Lagi-lagi Sebutan Itu

30 16 0
                                    

Happy Reading ✨

Untuk sekian lama. Akhirnya, hari ini Dhefin kembali menginjakkan kakinya ke dalam rumah megah nan mewah milik keluarganya sendiri. Mengamati sekitar, mulai dari dinding, pajangan, dan suasana ruang tamu. Ini benar-benar rumahnya yang telah lama ia tinggalkan, tak ada yang berubah sama sekali, bahkan letak dari pajangan-pajangan dinding tak bergeser satu centi pun.

"Silakan duduk, tuan muda," Titah Fajri mempersilakan.

"Enggak usah, mana mereka." Tanya Dhefin.

"Wah, wah, wah. Lihat siapa yang datang." Sahut seseorang dari lantai dua.

Mereka yang berada di lantai bawah lantas mendongak melihat asal suara. Kini, air muka yang tadinya santai telah menjadi air muka yang dingin nan mencekam. Seluruh anggota BlackBlood memandang orang itu dengan pandangan benci.

"Papa." Lirih Dhefin tanpa ada yang mendengar.

Orang yang ternyata adalah ayah Dhefin itu melangkahkan kakinya menuruni tangga dengan dua bodyguard dibelakangnya.

"Wah, wah. Siapa sangka anak pembawa sial ini berani datang kesini, setelah 10 tahun yang lalu dia pergi dari sini?" Ujar Azman. Ayah Dhefin dan Rocki.

Dhefin mengepalkan tangannya berusaha mengontrol emosi. Lagi dan lagi, kata-kata itu yang dikeluarkan. "Dimana dia?" Tanya Dhefin to the point.

Azman menaikkan alisnya sebelah. "Dia siapa?"

"Enggak usah pura-pura, enggak tau! Gue tau dia ada disini."

"Orang yang kamu maksud dia itu pasti punya nam–"

"Rocki." Potong Dhefin.

"Mana sopan santun lo, anak pembawa sial!" Sahut seseorang dari lantai atas.

Semua orang lantas kembali melihat kearah sumber suara. Rocki, dia berdiri dengan pagar pembatas sebagai topangan, serta dengan kepala dan lengan yang di perban.

Dhefin menaikkan alisnya kemudian terkekeh. "Haha. Ada apa dengan anda tuan Rocki? Apa anda baru saja mendapat kesialan?" Ledek Dhefin dengan menyindir.

Rocki mengeraskan rahangnya. "Ya! Dan itu karena lo, pembawa sial!"

"DIAM! BERHENTI NYEBUT GUE PEMBAWA SIAL! GUE BUKAN ANAK PEMBAWA SIAL!" Bentak Dhefin pada akhirnya.

"Hahaha! LO YANG UDAH BUNUH, MAMA!" Balas Rocki.

"SIALAN!"

Kini, aksi saling pukul-memukul pun akhirnya terjadi, tidak ada yang dapat menghindari atau pun mencegah pertarungan antara kakak beradik ini.

Bugh!

Brakk!

Bugh!

"Bajingan!" Umpat Dhefin.

"Lo harus mati, pembawa sial!" Teriak Rocki.

Walaupun Rocki masih belum sembuh. Akan tetapi, sama sekali tak menghalanginya untuk menyerang balik Dhefin. Semuanya kacau, ruang keluarga porak poranda, seluruh vas bunga hancur tak berbentuk, bingkai foto yang berisi foto keluarga mereka —tanpa Dhefin di dalamnya— pecah dan beling kaca berserakan dimana-mana.

"Lo yang harus mati, sialan!" Balas Dhefin, sembari memberi bogeman kuat di pipi sebelah kiri Rocki.

Anggota BlackBlood yang lain memandang ngeri pertarungan kedua bersaudara itu. Tidak ada yang berani ikut campur, karena mereka tahu, bagaimana pun kedua lelaki itu adalah saudara kandung yang memiliki sifat yang sama, yaitu tidak ingin orang lain ikut campur dalam urusan pribadi mereka, sebelum adanya perintah untuk membantu.

Kita Berbeda [Ending]Kde žijí příběhy. Začni objevovat