Secercah Harapan

27 18 6
                                    

Happy Reading ✨

Dhefin Apartemen.

Saat ini Dhefin tengah mencoba untuk mengendalikan emosinya. Berusaha keras agar dirinya tidak menyakiti diri sendiri dan tidak menghancurkan apapun.

"Tenang! Lo bisa, Dhef." Gumam Dhefin mencoba untuk tetap tenang.

"Dhefin." Panggil Bintang sembari menepuk bahu sang ketua.

Dhefin hanya menoleh tanpa ada niatan untuk menjawab.

"Gue dapat kabar, Nesyi kemarin masuk rumah sakit." Jelas Bintang, berhasil menyita perhatian Dhefin.

"What?" Kejut Dhefin refleks.

"Asam lambungnya naik jadi dia langsung dibawa ke rumah sakit. Tapi sekarang dia udah balik." Sambung Raja menambahi. Dhefin lantas segera beranjak dan menyambar jaketnya.

"Heh-heh! Mau kemana lo?" Tanya Robin sedikit berteriak.

"Jenguk Nesyi." Singkat Dhefin sambil memakai jaketnya.

"Nesyi nggak ada dimansionnya. Dia ada di rumah sakit." Sahut Tomi cepat.

Dhefin mengentikan langkahnya kemudian berbalik. "Kalian bilang tadi udah balik, terus sekarang dia ada dirumah sakit. Gimana sih!" Kesal Dhefin.

"Nesyi emang udah balik dari rumah sakit tempat dia dirawat. Tapi dia nggak pulang kerumah, dia kerumah sakit umum Dr. Sardjito, Sahabatnya kecelakaan." Jelas Tomi membuat Dhefin tersentak.

"Siapa yang kecelakaan?" Tanya Dhefin.

"Angel."

Dhefin terdiam. Baru beberapa hari ia pergi, keadaan sudah menjadi seperti tidak terkendali.

"Kita ke rumah sakit Dr. Sardjito, sekarang!" Perintah Dhefin tak terbantahkan.

Anggota BlackBlood langsung menyambar jaket mereka, dan segera beranjak mengikuti perintah sang ketua.

"Apa yang sebenarnya udah terjadi?" Batin Dhefin.

(*^_^*)

Disebuah hotel bintang lima. Seorang gadis berusia 20 tahun yang cantik tengah duduk bersantai di balkon kamarnya. Dengan ditemani oleh secangkir kopi dan sedikit camilan ringan.

"Udah satu bulan. Tapi gue tetap aja belum nemuin dia." Gumamnya.

Beberapa kali gadis itu tampak menghela nafas panjang. Menandakan dirinya seperti akan menyerah. Mata birunya bahkan tak berhenti memandangi arah depan dengan pandangan kosong.

"Nggak! Gue nggak boleh nyerah gitu, aja! Gue pasti bisa nemuin dia! Pasti." Ucapnya menyemangati diri sendiri. "Tapi gimana caranya? Dimana lagi gue harus cari, dia? Apa gue harus pergi ke kota lainnya?"

Gadis berdarah eropa itu terus saja berceloteh dengan dirinya sendiri. Seseorang yang tengah dicarinya itu memang benar-benar merepotkan.

Andai saja karena bukan perintah dari ayahnya, pasti gadis itu sudah berada di Paris saat ini. Duduk lesehan direrumputan, sembari memandangi menara Eiffel yang berdiri kokoh.

Kita Berbeda [Ending]Where stories live. Discover now