Gue Bukan Anak Pembawa Sial

88 64 72
                                    

Happy Reading✨

Jam 02:00 WIB.

Jika biasanya orang-orang tertidur lelap pada pagi dini hari. Berbeda dengan pemuda satu ini, yang malah masih saja setia membuka matanya. Memandang depan dengan tatapan kosong, dan terduduk di dinginnya lantai.

Dhefin. Si ketua geng motor yang saat ini tengah mengalami stres berat. Jujur saja, walaupun Dhefin telah melampiaskan segala amarahnya di bukit tempo hari. Tetapi, tetap saja hatinya masih merasa sakit.

Entah mengapa setiap kata dan kalimat yang di lontarkan oleh orang yang di bencinya itu selalu terngiang di kepalanya. Kata 'itu', kata yang sangat-sangat tak ingin didengarnya, malah kembali terlontar oleh orang yang di becinnya pula.

"AAKKHH!"

Brakk!

Teriak Dhefin seraya bangkit, kemudian melempar dan membanting segala barang yang ada di sekitarnya. Apartemen milik Dhefin memang kedap suara, karena itulah tak ada yang mendengar amukan Dhefin. -Soal kenapa saat BlackBlood berteriak dan didengar oleh Dhefin, karena di samping pintu ada sebuah monitor mini. Dimana, hanya BlackBlood saja yang tau.-

"GUE BENCI DUNIA, INI! KENAPA GUE HARUS HIDUP! KENAPA GUE HARUS DI LAHIRKAN! AAAKKHH!"

"GUE BUKAN PEMBAWA SIAL! KENAPA KALIAN SEBUT GUE, PEMBAWA SIAL!"

Dhefin terus berteriak dan mengamuk tanpa kendali. Ruangan yang tadinya rapi, kini telah menjadi porak poranda layaknya kapal pecah.

Lebih parahnya. Saat ini para sahabat Dhefin sedang tak ada bersamanya. Karena itulah tak ada yang dapat menghentikan pemuda itu. Entah kapan dia akan berhenti mengamuk dan menyakiti dirinya sendiri. Bahkan pemuda itu telah melupakan apa yang dikatakan Nesyi padanya saat berada di gubuk.

"Gue mau mati! Gue nggak mau hidup! Gue mau mati!" Lirihnya.

Dhefin terus menerus mengatakan kalimat yang sama berulang kali, sampai akhirnya kelelahan dan tertidur di lantai yang dingin nan kotor.

(*˘︶˘*).。.:*♡


Waktu subuh telah menyapa, dan orang-orang yang tidur juga telah bangun dari tidurnya untuk melaksanakan ibadah rutin bagi umat Islam. Sholat subuh.

Keluara Gavazura juga tengah berjalan bersama pergi menuju masjid yang berada tak jauh dari mansion, dengan sajadah yang tersampir di pundak masing-masing. Tetapi, hari ini Nesyi tak ikut bersama, karena keadaannya yang masih belum pulih sepenuhnya.

"Huh! Dingin." Ucap Lion sembari memeluk dirinya sendiri.

"Tumben, ketua naga ngeluh." Ledek Leo.

"Eh bang! Lion juga manusia, ya pasti bisa dinginlah!"

"Yakan siapa tau aja si naga kagak bisa kedinginan."

"Terserah."

Arbi menghela nafas pasrah, selalu saja seperti ini. Naga dan Singa sama sekali tidak pernah bisa yang namanya akur. "Udah! Kita mau ibadah kalian malah berdebat kaya, gini!"

"Maaf pah." Sesal keduanya.

Setelah sedikit perdebatan. Ketiga lelaki itu pun lantas kembali melanjutkan perjalanan mereka. Sengaja tak memakai kendaraan, karena setiap langkah yang di ambil untuk menunaikan perintah Allah, maka akan di hitung sebagai pahala.

Kita Berbeda [Ending]Where stories live. Discover now