Kembali Kehilangan

50 43 3
                                    

Happy Reading✨

Bandara Udara Internasional Changi Singapura, Singapura.

Kini, Nesyi dan yang lainnya telah tiba di Singapura. Saat mereka menuruni pesawat, tampaklah ramainya keluarga dari para korban yang juga berdatangan, hingga membuat bandara itu menjadi penuh.

Nesyi dan yang lainnya mulai mengambil barang-barang mereka, kemudian beranjak pergi keluar bandara. Ketika mereka keluar, terlihat di luar bandara beberapa mobil penjemput yang telah berjejer rapi.

Mereka lantas segera memasuki mobil, dan langsung pergi ke tempat kejadian. Pegunungan A. Sedangkan barang-barang mereka di taruh menjadi satu di mobil lainnya. Barang-barang mereka akan di antar langsung ke hotel. Sementara mereka akan menyusul setelah pergi ke tempat kecelakaan.

Tak berbeda jauh seperti di bandara. Pegunungan A juga saat ini telah di penuhi oleh orang-orang, mulai dari kepolisian, tim SAR, TNI, keluarga korban, media massa, dan warga sekitar.

Begitu Nesyi dan yang lainnya mendekat, rasanya segalanya terhenti, melihat pemandangan yang ada di depan mereka saat ini membuat mereka tak dapat berkutik. Pesawat yang hancur tak tersisa, dengan robekan kain-kain baju yang tersangkut di bagian tubuh pesawat.

Leo dan Lion refleks melihat kearah sang adik secara bersamaan. Nesyi hanya terdiam kaku, memandang ke arah pesawat yang hancur dengan pandangan kosong. Tanpa terasa, perlahan sebulir air mata lolos dari mata indahnya. Ya, Nesyi kembali menangis, begitu pun yang lainnya. Siapa yang bisa menahan tangis disaat-saat yang mengerikan seperti ini? Disaat-saat kita kehilangan orang yang tersayang untuk selama-lamanya.

"PAPA!" Teriak Nesyi spontan.

"Nesyi." Ujar Leo dan Lion, kemudian membawa Nesyi ke dalam pelukan mereka.

Saat di pelukan sang kakak pun Nesyi terus saja memanggil ayahnya, dan menangis histeris. Leo dan Lion juga terus berusaha untuk menenangkan sang adik. Sementara itu, teman-temannya yang lain hanya dapat memandang ketiga bersaudara itu dengan sendu. Kasihan sekali mereka, pertama sang ibu, sekarang disusul oleh sang ayah. Meninggal dengan insiden yang sama pula.

Tak berselang lama, seseorang berseragam putih yang di ketahui sebagai salah satu dari tim medis menghampiri mereka.

"Excuse me. You guys are from the Gavazura family, am I right?

Ketiga bersaudara itu mendongak. "Yes. We are from the Gavazura family."

"We have identified one of the bodies, and we found a DNA sample belonging to Mr. Arbi Gavazura."

"Papa..."

"Take us there, sir!"

"Well. Follow me."

Mareka semua, dengan di arahkan oleh tim medis tersebut segera beranjak menuju ke peti jenazah sang ayah.

Setelah melihat pemandangan yang ada tepat di depan mereka, lagi dan lagi air mata kembali pecah. Melihat dengan jelas sebuah peti yang terpampang di depan mereka, sebuah peti dimana tubuh ayah mereka yang telah hancur berada di dalamnya.

Kini, kejadian yang sama terulang kembali, dulu sang ibu lah yang berada di dalam peti mati itu dengan keadaan tubuh yang tak lengkap, atau lebih tepatnya hanya ada sedikit baju dan beberapa robekan pakaian. Saat ini, hal serupa terjadi pula pada sang ayah, entah bagaimana keadaan jasad ayahnya di dalam peti itu. Sungguh miris sekali kehidupan mereka. Kenapa bahagia tak pernah bertahan lama?

Kita Berbeda [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang