Terpaksa Kembali

67 31 5
                                    

—•—•—•—•—•—

"Bahagia yang sebenarnya adalah ketika kita melihat orang yang kita sayangi tersenyum tulus, walaupun bukan kita yang menjadi alasannya untuk bahagia."-Lion Zamarest Gavazura

—•—•—•—•—•—

Happy Reading✨

Sore hari yang mendung ini, disebuah bandara. Pesawat yang di tumpangi oleh Dhefin and the geng baru saja mendarat dengan aman di permukaan bumi. Dhefin dan teman-temannya pun lantas segera turun dan pergi ketempat pengambilan barang. Kemudian segera pergi ke apartemen milik Dhefin dengan menggunakan mobil yang memang telah tersedia untuk mereka.

Sepanjang perjalanan, tidak ada satu orang pun yang membuka perbincangan, karena semua tengah sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

"Kenapa dia harus balik, sih? Gue yakin pasti dia dalang dibalik pembunuhan, Siska." Batin Dhefin penuh amarah dan kebencian.

Beberapa menit kemudian, mereka semua telah sampai di apartemen milik Dhefin. Sengaja mereka berada disana, karena Bintang dan yang lainnya memiliki firasat buruk tentang Dhefin. Pemuda itu, jika dia telah mengamuk, maka akan sulit untuk ditangani. Karena itulah mereka berada disana untuk berjaga-jaga.

"Lo yakin mau kesana, sekarang?" Tanya Tomi memastikan.

"Hm." Singkat Dhefin.

"Jangan gila!" Sentak Bintang. "Patikan dulu." Lanjutnya.

"Gue udah pastiin, itu pasti dia. Enggak ada yang membenci gue separah dia."

Bintang menggidikkan bahunya. "Terserah."

Yang lainnya saat ini hanya dapat menyimak apa yang tengah dibicarakan oleh kedua manusia es itu. Tanpa banyak dialog lagi, mereka lantas segera pergi menuju garasi, dimana motor mereka terparkir dengan indah di dalamnya.

"Kalau itu beneran lo. Apa yang harus gue, lakuin? Kalau gue balas nyakitin, lo. Sama aja kaya gue nyakitin, mama. Karena lo abang gue... Rocki." Batin Dhefin lirih dan bingung dengan apa yang harus ia lakukan.

(*^_^*)…°♡

Sementara itu ditempat lain, yaitu di sebuah kamar mewah. Seorang gadis yang saat ini tengah berada di dalamnya, memandang arah depan dimana sang guru privat mengajarkan materinya.

Nesyi. Saat ini tengah menjalankan hukumannya untuk melakukan homeschooling. Sebenarnya dia terus bersikeras untuk menolak. Namun, lagi-lagi karena ancaman dari kedua kakaknya, gadis itu akhirnya hanya bisa pasrah untuk saat ini.

"Jadi bagaimana, Nesyi? Kamu paham?" Tanya Bu Glasiria. Sang guru private.

"Paham." Jawab Nesyi seadanya, rasanya sangat malas dirinya jika harus melakukan homeschooling seperti ini.

"Oke nice. Karena jam saya sudah selesai, jadi kita lanjutkan esok hari. Ya! Harus semangat."

Nesyi tersenyum tipis dan mengangguk. "Hm. Iya."

Bu Glasiria kemudian membereskan barang-barangnya, dan beranjak pergi meninggalkan Nesyi sendiri di kamar itu. Lagi.

Nesyi menghela nafas lelah. "Ya Allah, kapan abang bebasin, Nesyi?" Gumamnya.

Kita Berbeda [Ending]Where stories live. Discover now