Kecelakaan Pesawat

62 51 13
                                    

Happy Reading✨

Pagi hari di mansion Gavazura. Seperti biasa, sebelum melakukan aktivitas apapun, pasti mereka selalu sarapan bersama. Kini, ruang makan tidak ada yang bersuara, hanya terdengar suara detingan sendok dan garpu yang menyentuh piring saja disana. Sampai tiba-tiba suara dering telepon milik sang ayah berbunyi.

"......"

"Wa'alaikumussalam." Ucap Arbi menjawab telepon.

"......"

"Sekarang? Oh iya, iya baik. Terimakasih!"

"......"

"Wa'alaikumussalam."

Arbi lantas mematikan sambungan telepon secara sepihak. Menaruh ponselnya di atas meja, kemudian menghela nafas.

"Kenapa, pah?" Tanya Leo.

"Papa ada kerjaan ke Swiss, hari ini."

"Hari ini?"

Arbi mengangguk. "Iya, jam 8 nanti papa berangkat."

"Lah? Kok mendadak gini sih, pah?"

"Iya, papa juga kaget. Tapi mau gimana, ada masalah perusahaan disana."

Nesyi mengerucutkan bibirnya. "Berapa lama papa, disana?"

"Papa juga enggak tau, Dek. Mungkin bakalan lama."

"Yaudah deh, mau gimana lagi. Namanya juga udah kerjaan papa, kan."

Yang lain mengangguk, lantas melanjutkan kembali sarapan mereka.

(*˘︶˘*).。.:*♡

Kini, Nesyi dan kedua abangnya telah berada di perjalanan menuju kampus. Tetapi, entah mengapa sejak keluar dari mansion, perasaan mereka mulai tidak enak, seperti ada yang salah.

"Bang! Panggil Nesyi yang duduk di kursi belakang."

Leo dan Lion menoleh sejenak. "Kenapa?"

"Kok perasaan gue enggak enak, ya? Rasanya kaya sedih banget, gue."

"Sama sih, gue juga." Sahut Leo.

"Kenapa ya? Gue juga ngerasa hal yang sama."

"Yah! Semoga aja enggak ada apa-apa."

"Aamiin."

Setelah itu keadaan di dalam mobil kembali hening. Mereka mulai sibuk dengan pikiran masing-masing, yang faktanya, mereka tengah memikirkan hal yang sama, apa itu? Ini dia.

"Ada apa ini? Kenapa rasanya sedih banget, sih?" Itulah yang mereka pikirkan.

Ketiga bersaudara itu benar-benar tampak gelisah. Hati dan pikiran mereka benar-benar tidak bisa tenang sama sekali, bahkan sampai mereka tiba di kampus.

Nesyi, Leo dan Lion. Berjalan dengan pikiran yang berkecamuk, sambil terus melihat ke arah jam tangan masing-masing. Rasanya aneh sekali. Mereka merasa seakan ada kejadian besar yang akan terjadi.

Bruk!

"Aduh." Eluh Nesyi. "Maaf kak! Maaf!" Sesalnya.

"Eh? Iya-iya enggak papa, seharusnya saya yang- Nesyi?"

Merasa terpanggil Nesyi mendongak. "Oh? Kak..."

"Raja."

"Mau kemana, lo?" Kali ini yang bertanya adalah Lion.

"Biasa Bang. Rooftop."

"Gue ikut."

"Yok!"

Kedua pemuda itu lantas beranjak pergi tanpa menghiraukan Nesyi dan Leo, yang sejak tadi hanya menyimak perbincangan singkat mereka. Leo dan Nesyi saling menatap sejenak, kemudian menggidikkan bahunya, dan melanjutkan perjalanan mereka.

Kita Berbeda [Ending]Where stories live. Discover now