Kenyataan yang Pahit

17 7 2
                                    

Happy Reading✨

"Lo yakin, Fin?" Tanya Raja antara percaya tak percaya setelah mendengar cerita dari Dhefin. Saat ini mereka tengah berada di kantin kampus.

"Gue juga awalnya nggak percaya, tapi itu adalah pertama kalinya dia ngomong setulus itu ke gue." Jawab Dhefin.

"Jangan mudah tertipu." Sahut Bintang yang tengah meminkan ponselnya.

"Gue pingin nggak percaya tapi pagi ini dia buktiin ucapannya. Dia datang ke apartemen gue pagi ini, bangunin gue dan buatin gue sarapan. Dia juga yang nyiapin semua perlengkapan kuliah gue bahkan sampai nyetrikain baju yang gue pake ini." Jelas Dhefin panjang lebar.

"Mungkin abang lo punya maksud tersembunyi?" Curiga Robin.

"Kita lihat aja gimana ke depannya. Gue bener-bener berharap dia nggak punya maksud tertentu dengan ini." Ujar Dhefin penuh harap.

"Lo harus hati-hati." Tambah Dafit. "Setelah semua sikap dia ke lo. Jangan mudah percaya." Lanjutnya dengan nada dingin.

"Wah, es kutub ngomong!" Heboh Raja menunjuk Dafit.

"Apakah ini adalah tanda-tanda jika es kutub akan mencair?" Tambah Robin. "Ingetin gue untuk kasih reward sama nih es kutub karena es-nya udah mau cair."

Sedangkan Dafit hanya merolling bola matanya jengah. Lebay, pikirnya.

(*^_^*)

Saat ini Nesyi tidak bisa berhenti mengembangkan senyumannya. Akhirnya setelah beberapa hari berada dalam ke khawatir, hari ini ia telah dapat bernapas lega karena kedua kakaknya telah membuka mata mereka.

"Mata lo sampai kaya gitu, nangis sampai berapa hari, berapa malam lo. Hahahaha!" Ledek Lion karena melihat mata Nesyi yang sembab dan sayu.

Nesyi langsung melunturkan senyumannya. "Berisik lo sipit!" Ejeknya.

Mata si kembar memang terlihat sipit, mirip seperti mama mereka, berbeda dengan Nesyi yang matanya bulat seperti sang ayah.

"Heh! Nggak boleh ngomong, gitu. Lo ngejek Lion sama aja ngejek gue!" Kesal Leo yang baru saja selesai menghabiskan makanannya.

"Dengerin, tuh! Berhubung lo cuma satu-satunya mata bola, jadi gue boleh ngejekin lo! Hahahaha!" Tawa Lion dengan puas.

"Woy! Lo kalau ngajarin adek yang bener. Gue gampar mampus, lo!" Ancam Leo memicing sinis.

"Kapok!" Sentak Nesyi sembari menaikkan dagunya bangga karena mendapat pembelaan.

"Gue tandain muka lo, ya!" Ucap Lion sembari menunjuk matanya dan mata Nesyi dengan dua jari.

Nesyi membalas dengan menjulurkan lidahnya. "Bodo amat! Gue nggak takut!"

"Wiihhh yang baru bangun, udah happy, enjoy, strong, aja!" Ujar Al yang baru saja masuk ke ruang rawat kembar bersama anggota inti lainnya.

"Sejak kapan kalian, di sana?" Tanya Lion.

"Sejak peperangan antara Persia dan Romawi." Balas Ethan terkekeh geli.

Kita Berbeda [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang