Sopir Taksi Gadungan

20 14 0
                                    

Happy Reading✨

Dhefin dan Bintang terus berjalan mengikuti suara itu. Dengan kamera yang masih menyorot sekitarannya. Semakin kedua pemuda itu mendekat, suara itu pun lantas semakin terdengar jelas.

"Menurut lo itu suara apa, Fin?" Tanya Bintang pelan.

Dhefin menggidikkan bahunya. "Nggak tau gue!"

"Kan gue nanya menurut lo, bego!" Kesal Bintang menjitak kepala Dhefin.

"Awwss..." Ringis Dhefin. "Sakit anjing!" Umpatnya sembari mengelus kepalanya yang terkena jitakan Bintang.

"Mampus! Rasain! Salahnya bikin gue kesel!"

Dhefin merollingkan bola matanya. "Up to you!" Kemudian segera mempercepat laju jalannya meninggalkan Bintang.

"Eh? Woy tungguin!" Teriak Bintang menyusul. Kedua pemuda itu lantas melanjutkan perjalanan mereka untuk mencari asal dari sumber suara teriakan tersebut.

Sekitar 10 menit dalam penelusuran. Dhefin dan Bintang akhirnya sampai di depan sebuah rumah ralat lebih pantas disebut sebagai gubuk dengan kondisi atap yang sedikit reot, pintu yang telah dimakani rayap, serta jendela yang terbuat dari triplek. Intinya sudah tidak layak huni.

"Gubuk." Ujar Dhefin.

Bintang melirik dengan ujung matanya. "Yang bilang ini hotel bintang lima siapa, anjir!"

Dhefin mengerutkan keningnya. "Loh? Kan gue memang nggak bilang kalau ini hotel bintang lima. Gue bilangnya ini tuh gubuk. GUBUK!" Balad Dhefin menekan kata terakhir.

"Terrrrseraaaahh!" Sahut Bintang tidak peduli.

"AAAARRRGGHHHHH!!!"

"WOYY!" Teriak refleks Dhefin dan Bintang bersama ketika mendengar kembali suara teriakan tersebut.

"Kaget gue anjir!" Ujar Bintang sembari mengelus-elus dadanya.

"Siapa sih yang teriak-teriak kek orang kesetanan, gitu?" Heran Dhefin. "Tapi bentar deh. Suaranya kok gue kaya kenal, ya?"

"Ah masa?" Sahut Bintang. "Eh? Tapi kaya iya, sih. Suaranya kok familiar banget, ya?" Dhefin dan Bintang kemudian mulai mendekati gubuk yang mana menjadi asal suara teriakan tersebut.

(*^_^*)

Nesyi saat ini tengah berada di dalam taksi. Ia akan pulang sebentar untuk mengambil laptopnya yang tertinggal. Laporannya harus dikumpulkan esok hari.

"Gue harap lo cepet ketemu, Ghin. Kita semua cemas tau. Lo kemana sih sebenarnya, nggak biasanya ngilang kaya gini." Gumam Nesyi sembari melihat lurus kedepan.

Saat ditengah-tengah perjalanan. Sopir taksi dengan tiba-tiba menghentikan mobilnya, hingga membuat Nesyi sedikit tersentak.

"Apa apa, pak? Kenapa berhenti?" Tanya Nesyi.

Sang sopir tidak menjawab. Ia justru melepaskan masker serta topi yang dipakainya. Saat itulah perasaan Nesyi mulai tidak enak.

Sopir taksi itu menoleh kearah tempat dimana Nesyi duduk seraya mengeluarkan smirknya.

"Mau apa anda?!" Panik Nesyi mencoba untuk keluar dari mobil. Sayangnya pintu tidak dapat terbuka karena telah dikunci oleh sang sopir.

Kita Berbeda [Ending]Where stories live. Discover now