Epilog

46 3 1
                                    

Happy Reading✨

Seorang wanita tengah berjalan turun dari sebuah tangga. Tampak peluh yang memenuhi pelipisnya menandakan wanita itu tengah kelelahan, bagaimana tidak? Ia turun melewati tangga dari lantai 3 hingga lantai 1 dengan perutnya yang buncit.

"Sayang kamu ngapain!?" Pekik seorang pria dari arah ruang tamu dengan panik, ia pun lantas segera menghampiri wanita yang menyandang sebagai istrinya.

"Sayang kamu kenapa lewat tangga? Apa gunanya lift di mansion ini kalau kamu masih pakai tangga, huh!?" Kesal Dhefin.

"Kok aku, sih!?" Sewot Nesyi tidak terima. "Salahin anak kamu, nih. Bisa-bisanya ngerjain umminya buat turun pakai tangga,"

"Hah!?"

"AKU NGIDAM, CYRANO DHEFIN ARGANETA!!!" Teriak Nesyi.

Dhefin hanya dapat menghela nafas kemudian membawa istrinya untuk duduk di sofa. Entahlah, sejak kehamilan keduanya, Nesyi menjadi orang yang sangat pemarah dan sensitif.

Tidak terasa 10 tahun sudah berlalu sejak Nesyi dan Dhefin tidur bersama di brangkar. Ingat, hanya tidur! Dhefin benar-benar membuktikan ucapannya. Tepatnya ketika sehari setelah ia keluar dari rumah sakit, Zein kembali ke Indonesia untuk membicarakan tentang pernikahannya dengan Nesyi.

"Kenapa, Zein?" Tanya Nesyi ketika semua orang telah berkumpul di ruang tengah mansion Gavazura. Termasuk Dhefin, Bintang serta Zayyan di dalamnya.

"Begini," sahut Allen, ayah Zein, menggunakan bahasa Inggris. "Maksud dari kedatangan kami ke sini adalah untuk membicarakan tentang pernikahan putraku dengan adikmu, Mr. Leo,"

Nesyi mendongak begitu juga dengan Dhefin, mereka sama-sama terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Allen.

"Jadi bagaimana, Mr. Leo? Kapan hari yang bagus untuk mempersiapkan pernikahan, mereka?"

Leo maupun Lion sedikit bimbang, pasalanya Nesyi dan Dhefin telah bertemu kembali bahkan bonusnya Dhefin sudah seagama dengan mereka.

Merasa keadaan hening Zein mendongak, netra coklatnya mengarah pada Nesyi dan Dhefin. Ia tau benar maksud dari kedua tatapan itu, jangan lupakan jika Zein adalah lulusan terbaik di jurusan Psikologi. Pemuda itu kemudian menghela nafas.

"Jangan tanya pada mereka, ayah, tapi tanyakan langsung ke orang yang bersangkutan," ucapan dari Zein itu seketika membuat semua orang menoleh pada Nesyi.

Nesyi gelagapan karena menjadi pusat perhatian. "Mm aku ... Aku ..."

"Nesyi akan menikah dengan, saya," ucap Dhefin dengan nada santainya.

"Apa maksud kamu, anak muda? Nesyi akan menikah dengan putaku, Zein,"

"Tidak!" Tegas Dhefin dengan tatapan tajamnya. "Sudah cukup 7 tahun saya dipisahkan dengan Nesyi dan sekarang saya akan mengambil kembali apa seharusnya menjadi milik saya,"

Semua orang tanpa terkecuali tercengang mendengar penuturan Dhefin, benarkah dia Dhefin? Itulah pikir mereka.

Zein menghela nafas kasar, sejak awal memang ia sudah curiga jika ada sesuatu yang terjadi pada calonnya dengan pemuda yang tegas ini.

Zein beralih melihat Nesyi, mata gadis itu mengatakan bahwa sangat setuju oleh perkataan Dhefin.

"Baik, anda bisa memiliki, Nesyi," putus Zein. "Tapi ingat, jika anda membuat Nesyi menangis atau bahkan menyakitinya, saya tidak segan-segan untuk membawa Nesyi bersama, saya,"

Kita Berbeda [Ending]Where stories live. Discover now