Rocki dan Dhefin

13 6 2
                                    

Happy Reading✨

Dhefin melangkahkan kakinya menuju salah satu ruangan VVIP di rumah sakit itu. Selama perjalanan jantungnya terus berdegup kencang, jujur saja ia gugup sekarang. Pasalnya, ia akan bertemu dengan orang yang sangat membencinya begitu pun sebaliknya.

"Ngapain lo, ke sini?" Tanya Rocki yang melihat kehadiran adiknya itu dengan sinis.

"Papa kenapa?" Tanya Dhefin dengan raut datar.

Rocki menaikkan alisnya sebelah. "Papa? Bukannya kemarin lo sebut papa dengan panggilan om?"

"Oh ya! Gue lupa. Om Azman, dia kenapa?" Ulang Dhefin dengan menekan kata 'om'.

"Bukan urusan lo! Pergi!" Usir Rocki. Sebenarnya ada sedikit rasa tidak rela pada dirinya saat menyuruh Dhefin untuk pergi. Mimpi itu, ia masih ingat dengan jelas apa yang dikatakan oleh ibunya di sana, bahwa ia harus menjaga adiknya.

Dhefin bersiap untuk berbalik, sebelum suara Rocki menghentikan langkahnya.

"Gue mau bicara sama lo," ujarnya menghentikan langkah Dhefin. "Tapi nggak di sini."

Dhefin menaikkan alisnya sebelah. "Mau bicara apa lo? Tumben."

"Tinggal ikut aja apa susahnya, sih?!" Kesal Rocki. Dhefin mengangguk, kemudian mengikuti Rocki yang mulai melangkah meninggalkan ruangan ayah mereka.

"Mau ngomong apaan sih, lo!" Kesal Dhefin mengehentikan langkahnya ketika mereka sampai di tlaman.

"Duduk." Titah Rocki. Dhefin menghela nafas jengah, tetapi tetap menuruti perintah kakaknya itu.

"Ini tentang mama." Ucap Rocki berhasil menyita perhatian Dhefin.

"Mama?" Rocki mengangguk menanggapi.

(*^_^*)

Nesyi menghela nafasnya. "Bang! Abang! Bangun, dong. Betah banget kayanya tidur kaya begini," rengeknya seperti anak kecil yang tengah meminta permen. Nesyi sekarang duduk di sisi kanan Lion agar dapat melihat kedua kakaknya.

"Baaaang... Bangun, adek kangen tau." Pintanya lagi penuh harap.

Nesyi masih terus saja menangis sepanjang hari ini, bahkan baik anggota BlackBlood maupun GoldDragon sudah menyerah untuk menenangkan gadis itu.

Ceklek.

Nesyi mengalihkan pandangannya ketika mendengar seseorang membuka pintu.

"Maaf, dek, saya mengganggu, tapi sekarang sudah waktunya kembar disuntik." Nesyi mengangguk menanggapi ucapan dari perawat tersebut.

"Kak..." Panggil Nesyi.

Perawat muda itu menoleh. "Iya, dek? Ada apa?" Tanyanya dengan suara berat yang khas.

"Kapan mereka bangun? Ini udah seminggu, loh."

"Kita berdo'a aja, ya. Dokter bilang luka mereka serius, tapi tetap positif thinking, aja." Nesyi kemudian kembali menangis hingga sesegukan setelah mendengar penuturan dari perawat itu.

"Kamu boleh sedih, tapi jangan sampai berlarut-larut, nggak baik. Tetap berdo'a sama Allah, terlepas dari mereka sadar atau tidaknya itu tergantung sama Allah yang terpenting kita sudah berusaha dan berdo'a." Jelas perawat itu membuat Nesyi sedikit meredakan tangisannya.

Kita Berbeda [Ending]Where stories live. Discover now